Wisata Bencana Terjadi Hampir di Semua Lokasi di Indonesia

Wisata Bencana ternyata terjadi hampir di semua lokasi di Indonesia. Hal itu yang membuat kemacetan penyaluran bantuan dan evakuasi korban.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Des 2018, 01:00 WIB
Pemandangan dari udara kawasan pemukiman nelayan di Kampung Sumur Pesisir, Pandeglang, Banten, Selasa (24/12). Situasi Kampung Sumur gelap gulita karena listrik mati saat tsunami menerjang. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta – Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, kondisi lalu lintas di lokasi bencana sering terjadi kemacetan akibat wisata bencana, termasuk penanggulangan bencana tsunami Selat Sunda di wilayah Provinsi Banten. Keadaan semacam itu hampir ditemui setiap kali bencana terjadi di Tanah Air.

"Biasa, di mana-mana di Indonesia itu jika terjadi bencana orang itu terus ikut nonton, jadi 'wisata bencana', timbul kemacetan yang akhirnya menghambat petugas mengirim bantuan, pelayanan medis dan sebagainya," ujar dia, seperti dikutip dari Antara, Kamis, 27 Desember 2018.

Sebenarnya, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak Kepolisian untuk mengatur arus lalu lintas, dengan memprioritaskan mobilisasi petugas-petugas yang hendak melakukan penanganan bencana.

Sering kali, lanjut Sutopo, masyarakat datang dengan alasan ingin menengok saudaranya, ingin melihat daerah terdampak bencana, kemudian ada yang memang ingin melihat daerah terdampak sekaligus memberikan bantuan di tempat itu.

"Karena itu diatur (untuk memperlancar evakuasi). Kondisi seperti ini biasanya hanya berlangsung beberapa hari saja, setelah itu pulih kembali," ujar Sutopo.

Sutopo mengatakan proses evakuasi korban bencana dan pemberian logistik masih dilakukan. Perjuangan anggota tim SAR gabungan pun tidaklah mudah untuk mengevakuasi dan menyalurkan bantuan logistik, karena dihadapkan dengan cuaca yang tidak bersahabat, akses jalan yang buruk hingga banjir.


Wisata Bencana

Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY menyosialisasikan Call Center 0274-555585 di Alun-Alun Kidul Yogyakarta. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Soal "wisata bencana" di daerah terdampak tsunami ini menjadi pemberitaan pers asing. The Guardian, pada Rabu, 26 Desember 2018, mengangkat berita berjudul "Kerusakan" mendapat lebih banyak "likes": pencari swafoto tsunami Indonesia.

Pemberitaan lengkap dengan menampilkan foto-foto yang memperlihatkan sejumlah orang melakukan swafoto dengan latar belakang lahan di Banten yang luluh lantak dengan beberapa mobil yang hancur oleh tsunami yang terjadi pada Sabtu, 22 Desember 2018 itu.

Faktanya, banyak masyarakat yang memanfaatkan kondisi bencana untuk wisata swafoto itu tentu kontras dengan empati yang ditunjukkan oleh sebagian besar masyarakat dan tim SAR gabungan yang sedang melakukan upaya untuk menolong para korban tsunami Selat Sunda di Banten dan Provinsi Lampung.

Rasa empati itu ditunjukkan warga masyarakat, termasuk dari Sumatera Barat yang sudah siap mengirimkan rendang mereka ke lokasi bencana. Ini merupakan niat baik, setiap kali ada bencana besar menimpa saudara-saudara mereka di daerah lain di Indonesia, paket rendang berton-ton segera dikirimkan ke lokasi bencana untuk meringankan derita warga yang terkena bencana.

Hingga Rabu, 26 Desember 2018, BNPB mencatat bahwa bencana tsunami yang menerjang pesisir Serang dan Pandeglang di Provinsi Banten, serta Lampung Selatan, Pesawaran dan Tanggamus di Provinsi Lampung, telah menyebabkan 430 orang meninggal dunia. Sementara untuk jumlah korban luka mencapai 1.143 orang, dan 77 orang lainnya hingga kini belum diketahui keberadaannya atau masih dinyatakan hilang.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya