Liputan6.com, Jakarta - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Anak Krakatau (GAK) dari waspada menjadi siaga. Langkah ini diambil menyusul intensitas Gunung Anak Karakatau yang kian aktif.
Menurut Sekretaris Badan Geologi Antonius Ratdomopurbo, erupsi Gunung Anak Krakatau tidak berpotensi tsunami. Hal ini dilihat dari karakteristik erupsi, yaitu tipe strombolian, di mana magma yang keluar setelah gelegar mengalir pelan-pelan menyentuh air.
"Hal itu tidak menimbulkan tsunami," kata Antonius dalam keterangan pers di Gedung ESDM, Jakarta Pusat, Kamis 27 Desember.
Baca Juga
Advertisement
Antonius menambahkan, yang perlu diwaspadai adalah longsoran lereng Gunung Anak Krakatau. Tsunami bisa terjadi bila ada material dalam jumlah massif yang masuk ke dalam air.
Sebelumnya, pada 22 Desember 2018, terjadi tsunami Selat Sunda yang diyakini dipicu aktivitas Gunung Anak Krakatau. Gelombang deras dan tinggi menghantam sejumlah wilayah di Banten dan Lampung.
Kompilasi data ilmiah yang dihimpun oleh Pusat Riset Gabungan Komisi Eropa atau Joint Research Centre di European Commision, kembali menguatkan korelasi aktivitas Anak Krakatau, yang aktif sejak Juni 2018 lalu, dengan tsunami Selat Sunda.
Tak hanya Anak Krakatau yang bisa memicu tsunami, sejumlah gunung di dunia juga tercatat pernah memicu munculnya gelombang gergasi. Berikut di antaranya menurut dokumen riset milik European Commision:
Simak video pilihan berikut:
6 Gunung Pemicu Tsunami Dahsyat
Aktivitas erupsi gunung berapi pemicu tsunami tidak hanya terjadi pada Gunung Anak Krakatau yang menimbulkan korban jiwa lebih dari 400 orang, dan seribuan lainnya terluka.
Ada beberapa tragedi serupa lainnya turut memicu gelombang raksasa, yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa dalam jumlah besar. Bahkan, ada di antaranya yang mampu menghancurkan sebuah peradaban.
Berikut adalah daftar singkat mengenai deretan erupsi gunung berapa yang pernah memicu gelombang tsunami dahsyat:
- Letusan Gunung Oshima-Oshima di Pulau Hokkaido, Jepang, pada 1741, memicu gelombang tsunami ke banyak desa nelayan di pesisir selatan pulau tersebut, dan menyebabkan 1.467 orang tewas. Konon, di sinilah istilah tsunami pertama kali disebut, di mana merujuk pada nelayan yang biasanya tidak menyadari gelombang tsunami di laut terbuka, dan hanya melihat kerusakan di pantai.
- Pada 1792, letusan Gunung Unzen di Jepang menghasilkan tanah longsor yang memicu tsunami setinggi 165 kaki, atau setara 50,2 meter. Korban tewas akibat bencana itu diperkirakan lebih dari 15.000 orang, yang sekaligus menjadikannya letusan gunung berapi paling mematikan dalam sejarah Jepang.
- Erupsi dahsyat Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat pada 1815, memuntahkan aliran awan panas yang sangat cepat ke pesisir, sehingga memicu gelombang setinggi lebih dari 10 meter. Jangkauannya diperkirakan mencapai lebih dari 100 kilometer, dan menewaskan lebih dari 10 ribu orang
- Letusan Gunung Krakatau pada 1883 menyebabkan aliran piroklastik --awan paans-- yang memasuki air, sehingga memicu lonjakan cepat dari runtuhnya kolom erupsi. Hal itu menghasilkan gelombang tsunami setinggai 120 kaki (setara 36 meter), yang menewaskan lebih dari 26.000 orang dan banyak desa pesisir hancur.
- Erupsi Gunung Iliwerung di selatan Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur, memicu gelombang tsunami dahsyat pada 1979 lalu. Runtuhnya lereng gunung api itu menyebabkan gelombang tsunami setinggi sembilan meter, dan menewaskan lebih 500 orang.
- Pada 1980, erupsi Gunung St Helens di Washington, AS, memicu kolapsnya bagian lereng gunung dan longsor ke Spirit Lake dan memicu tsunami setinggi 780 kaki atau 237 meter.
Advertisement
Ini Daftar Lengkapnya
Insiden tsunami yang dipicu aktivitas gunung pertama yang tercatat menimpa Santorini di Yunano pada 1638 Sebelum Masehi yang diyakini mengakhiri peradaban Kreta (Crete).
Juga ada dua kali letusan Vesuvius di Italia pada tahun 79 dan 1631 Masehi.
Yang menarik, daftar 18 gunung pertama yang aktivitasnya bisa memicu tsunami (lihat tabel di atas), Indonesia mendominasi.
Pertama adalah Tambora di Indonesia yang mengalami erupsi dahsyat pada 1815, kemudian Gunung Ruang pada 1871 yang memicu gelombang gergasi setinggi 26 meter.
Lalu, erupsi dahsyat Gunung Krakatau pada 1883. Kala itu, letusan memicu tsunami setinggi 40 meter dan berkontribusi pada banyaknya jumlah korban jiwa yang ditimbulkan: 36 ribu orang.
Kemudian, pada 1928, longsor vulkanik Gunung Paluweh memicu tsunami setinggi 10 meter dan menewaskan 150 orang.
Daftar kedua, yang merupakan lanjutan, terdiri atas 15 insiden tsunami akibat aktivitas vulkanik. Dua di antaranya ada di Indonesia.
Pada 1979, longsor Gunung Iliwerung di Nusa Tenggara Timur memicu tsunami setinggi 9 meter dan menewaskan 500 orang.
Sementara, pada 1983, terjadi letusan bawah laut Gunung Iliwerung yang menewaskan sejumlah orang.