BI Catat Inflasi Minggu ke-IV Desember 0,56 Persen

Bank Indonesia (BI) mencatat inflasi pada minggu ke-IV Desember berada di kisaran 0,56 persen.

oleh Merdeka.com diperbarui 28 Des 2018, 14:40 WIB
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat inflasi pada minggu ke-IV Desember berada di kisaran 0,56 persen. Ini berdasarkan pemantauan harga yang dilakukan BI.

"Berdasarkan survei pemantauan harga Bank Indonesia yang kita lakukan sampai minggu ke-IV bulan Desember kita perkirakan inflasi IHK di Desember 0,56 persen month to month untuk Desember. Kalau year on year-nya estimasi kami adalah 3,07 persen yoy," ungkap Gubernur BI, Perry Warjiyo, di Jakarta, Jumat (28/12/2018)

Perry mengakui, inflasi pada Desember 2018 memang cukup tinggi. Namun, hal itu hanya bersifat musiman, karena ada liburan dan hari raya Natal.

"Khusus untuk Desember memang ada beberapa kenaikan harga tapi sifatnya musiman antara lain tarif angkutan udara kemudian yang terkait dengan bahan makanan itu telur ayam, daging ayam tapi ini sifatnya musiman. Secara keseluruhan inflasi tetap rendah dan terkendali," ujar dia.

Melihat kinerja inflasi yang stabil dan rendah ini, pihaknya pun prediksi inflasi untuk keseluruhan 2018 akan berada di bawah 3,2 persen. 

"Itu menunjukkan bahwa inflasi tetap rendah dan terkendali sesuai yang kami sampaikan lebih rendah dari perkiraan kami sebelumnya 3,2 persen. Perkiraannya inflasi di tahun 2018 ini lebih rendah dari 3,2 persen," kata dia.

Sementara pada 2019, inflasi diprediksi tetap berada di kisaran 3,5 plus minus 1 persen. "Kalau tahun depan kami optimis inflasi rendah terkendali di kisaran 3.5 plus minus satu persen kami masih pegang perkiraan tahun depan itu insya Allah 3.5 persen berarti di titik tengah kisaran sasaran 3.5 persen plus minus satu," ujar dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 


BI Ungkap Alasan Pentingnya Jaga Inflasi di Akhir Tahun

Pembeli membeli daging ayam di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Bank Indoneasia (BI), Mirza Adityaswara, menyebutkan bahwa inflasi di akhir tahun sangat penting untuk dijaga. Alasannya, di periode tersebut banyak kegiatan belanja yang dilakukan oleh masyarakat, terutama bagi yang merayakan Natal dan Tahun Baru.

“Ini penting sekali karena ini mendekati akhir tahun, mendekati Natal bagi nonmuslim. Biasanya memang belanja mendekati akhir tahun lebih banyak aktifitas ekonomi juga lebih banyak, maka kami perlu menjaga inflasi bahan makanan supaya kami menjaga inflasi bisa rendah,” kata Mirza saat dijumpai di Mesjid Kompleks BI, Jakarta, 7 Desember 2018.

Paling penting, Mirza menjelaskan bahwa kondisi inflasi sangat mempengaruhi keputusan BI dalam menaikkan atau mempertahankan (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan.

“Kalau bicara suku bunga, suku bunga itu satu tergantung inflasi dan kedua tergantung volatilitas kurs. Kalau inflasi bisa terjaga paling tidak faktor yang mempengaruhi suku bunga kita bisa kendalikan,” ujarnya.

Sementara itu, faktor yang mempengaruhi kurs atau nilai tukar rupiah cakupannya lebih luas lagi dari sekedar menjaga stabilitas harga pangan demi inflasi, yaitu kondisi ekspor dan impor.

“Jadi kalau defisit di tengah suku bunga global yang meningkat maka itu kemudian menimbulkan volatilitas kurs di Indonesia lebih besar dari volalitas kurs di negara lain. Tapi paling tidak kalau kita bisa kendalikan inflasi maka salah satu faktor penting yang menentukan suku bunga kita sudah bisa kendalikan,” ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya