4 Kendala BNPB Evakuasi Korban Tsunami Selat Sunda

Salah satunya adalah sulitnya melakukan evakuasi korban tsunami Selat Sunda yang kemungkinan masih berada di tengah laut.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 28 Des 2018, 20:02 WIB
Tiga unit mobil tertimbun reruntuhan rumah yang rusak setelah tsunami menerjang kawasan Anyer, Banten, Minggu (23/12). Tsunami menerjang pantai di Selat Sunda, khususnya di daerah Pandenglang, Lampung Selatan, dan Serang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih mengevakuasi korban tsunami Selat Sunda. Segala macam upaya dilakukan oleh BNPB untuk menemukan korban selamat dan meninggal dunia.

Hingga saat ini, jumlah korban meninggal dunia 426 orang. Sedangkan jumlah pengungsi 40.386 orang yang tersebar di beberapa wilayah terdampak tsunami Selat Sunda.

Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho, pihaknya mengalami kendala-kendala ketika mengevakuasi korban tsunami Selat Sunda.

Berikut 4 kendala yang dihadapi BNPB melakukan evakuasi korban tsunami Selat Sunda dari keterangan pers yang diterima Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


1. Cuaca Ekstrem

Pemandangan dari udara wilayah Kota Lampung usai diterjang tsunami, Selasa (25/12). Jumlah korban akibat Selat Sunda terus bertambah, hingga selasa (25/12) siang data dari Kapusdatin Humas BNPB 429 orang meninggal. (Liputan6.com/Zulfikar Abubakar)

Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho, evakuasi korban di laut sempat terhambat karena cuaca ekstrem seperti ombak tinggi di laut dan bibir laut.

Dengan begitu, tim penyelamat sulit menjangkau korban tsunami Selat Sunda yang mungkin masih berada di laut.

"Jalan banyak mengalami kerusakan dan cuaca tidak bersahabat, bahkan ada daerah yang kemarin terkena tsunami yang banjir," ujar Sutopo.

Pencarian korban tsunami Selat Sunda di perairan yang dilakukan tim SAR bersama TNI, juga terkadang harus menghadapi kendala cuaca.

 


2. Alat Berat

Pemandangan dari udara kawasan pemukiman nelayan di Kampung Sumur Pesisir, Pandeglang, Banten, Selasa (24/12). Situasi Kampung Sumur gelap gulita karena listrik mati saat tsunami menerjang. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Sutopo juga menjelaskan, alat berat masih kurang untuk mempercepat proses penyelamatan dan pencarian serta membuka akses jalan yang terputus.

"Jalan tertimbun sisa bangunan dan kayu-kayu yang terbawa arus air tsunami," kata Sutopo.

Di Kabupaten Lampung Selatan, hingga Senin, 24 Desember 2018, jumlah alat berat yang sudah bekerja di lapangan sebanyak 24 unit terdiri dari 8 ekskavator, 6 dump truk, 5 loader, 3 ekskavator mini dan 2 dozer.

Selain itu telah dilakukan mobilisasi tambahan alat berat berupa 3 dozer dan 4 dump truk kecil.

Ketersediaan alat berat berasal dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan (BBPJN) V Sumsel-Lampung, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Mesuji-Sekampung, BUMN Karya dan kontraktor setempat.

 


3. Wilayah Terdampak Luas

Kendaraan melintas di antara puing-puing setelah tsunami menerjang kawasan Anyer, Banten, Minggu (23/12). Tsunami menerjang pantai di Selat Sunda, khususnya di daerah Pandenglang, Lampung Selatan, dan Serang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, daerah terdampak tsunami Selat Sunda akibat Gunung Anak Krakatau ini menyebar, yaitu Pandeglang dan Serang di Provinsi Banten serta Lampung Selatan, Pesawaran dan Tanggamus di Provinsi Lampung.

"Luasnya wilayah yang dampak tsunami menyebabkan kesulitan dalam penanganan secara bersamaan serta jalan berlumpur pasca tsunami dan cuaca hujan," papar Sutopo.

Menurut dia, tanpa terkena tsunami pun, sejumlah ruas jalan di wilayah Pandeglang, Banten rusak. Apalagi setelah diterjang air laut, kondisinya semakin menyulitkan untuk evakuasi dan penyaluran bantuan.

Pencarian korban tsunami Selat Sunda di perairan yang dilakukan tim SAR bersama TNI, juga terkadang harus menghadapi kendala cuaca.

Meski demikian, tim SAR gabungan mulai berhasil menembus Kecamatan Sumur di Pandeglang, Banten, yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).

Tim SAR menyusuri kecamatan paling ujung di Banten ini untuk melakukan evakuasi, droppinglogistik dan mengangkut masyarakat yang sakit ke rumah sakit di Pandeglang.


4. Alat Derek untuk Kendaraan Terbatas

Kondisi jalan usai tsunami anyer (Foto: Dok PLN)

Tak hanya itu, terbatasnya alat derek juga menghambat pencarian korban tsunami Selat Sunda. Alat derek ini, menurut Sutopo digunakan untuk memindahkan kendaraan rusak yang menghalangi jalan.

"Pemilik mobil tersebar di berbagai rumah sakit atau ada yang sudah pulang," tutur dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya