Catatkan Rekor, Jumlah Emiten Baru Capai 57 pada 2018

Pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan rekor tertinggi pada 2018. Hal ini ditunjukkan dari jumlah saham baru yang mencapai 57.

oleh Agustina MelaniMerdeka.com diperbarui 28 Des 2018, 20:43 WIB
Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan rekor tertinggi pada 2018. Hal ini ditunjukkan dari jumlah saham baru yang mencapai 57.

Angka itu lebih besar dari jumlah saham baru di BEI pada 2017 yang mencapai 37 perusahaan. Selain itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. IHSG tercatat mencapai level tertinggi 6.689,29. Total saham tercatat 619 saham, sudah termasuk 57 saham baru.

"IHSG tertinggi pada 2018 sebesar 6.689,29 poin. Pada 2018 tercatat 619 total saham. 57 saham baru di 2018, tertinggi sejak swastanisasi Bursa Efek Indonesia (BEI)," ujar Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, Jumat (28/12/2018).

Total dana yang dihimpun dari pasar modal mencapai Rp 16,01 triliun. Total rata-rata transaksi harian sepanjang 2018 mencapai Rp 8,5 triliun, naik 11,8 persen dibandingkan pada akhir 2017 sebesar Rp 7,6 triliun.

"Rp 16,01 triliun total dana yang dihimpun. Rata-rata nilai transaksi harian sepanjang 2018 sebesar Rp 8,5 triliun. Sementara rata-rata frekuensi transaksi harian 386.696 kali," kata dia.

Sementara itu, Analis PT RHB Sekuritas Henry Wibowo menuturkan, jumlah IPO meski cukup banyak tetapi perolehan dana tidak terlalu besar. Hal itu menunjukkan IPO yang dilakukan termasuk langkah strategis. “Ini IPO strategic. Jadi sudah ada strategy buyernya sehingga tidak likuid. Tidak ada yang besar. Big IPO belum ada,” kata Henry saat dihubungi Liputan6.com.

Akan tetapi, ia mengapresiasi langkah perusahaan untuk melepas sahamnya ke publik. Hal itu menunjukkan perusahaan lokal terutama skala menengah ingin bertambah besar. Selain itu, tata kelola perusahaan diharapkan menjadi lebih baik. “IPO juga dipandang masyarakat bagus,” tambah dia.

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 


Jokowi Ingin Banyak Proyek Infrastruktur dapat Pendanaan dari Pasar Modal

Pekerja tengah melintas di dekat papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (29/12/2017), IHSG menguat 41,60 poin atau 0,66 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan semakin banyak proyek-proyek infrastruktur yang dibiayai melalui pasar modal. Hal ini disampaikan usai melakukan penutupan perdagangan saham dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik tipis 3,85 poin atau 0,06 persen ke level 6.194.

"Nanti bisa diback up atau didukung dari pasar modal sehingga menjadikan kecepatan pembangunan jadi lebih cepat lagi. Akselerasi itu yang kita butuhkan dari pasar modal," ujar dia di Gedung BEI, Jakarta, Jumat 28 Desember 2018.

Jokowi mengatakan, beberapa pembangunan proyek infrastruktur sudah mulai selesai. Pada 2019, proyek infrastruktur seperti Light Rail Transit (LRT), Tol Jawa dan di luar Jawa segera dapat dipergunakan. 

"Kita harapkan tentu saja nantinya pembangunan-pembangunan infrastruktur yang 2019 akan banyak mulai selesai LRT, tol baik di Jawa atau luar Jawa," ujar dia.

Terkait penutupan perdagangan efek yang ditutup melemah dibanding 2017 di posisi 6.355,65 poin, Mantan Gubernur DKI tersebut mengatakan, hal itu merupakan capaian bagus di tengah kondisi global yang tidak menentu. 

"Soal bursa, alhamdulillah sore hari ini secara resmi bisa kita tutup dan IHSG kita berada pada angka 6.194 poin jadi menurut saya sebuah capaian yang bagus dan hijau. Yang penting hijau, ditutup hijau," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya