Liputan6.com, New York - Harga minyak stabil usai alami gejolak menyambut libur tahun baru. Hal itu didukung wall street tetapi tertekan oleh kekhawatiran meluapnya pasokan minyak global.
Harga minyak Brent naik 4 sen menjadi USD 52,20 per barel dari posisi tertinggi USD 53,80 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 72 sen menjadi USD 45,33 per barel usai mencapai posisi USD 46,22 per barel.
Selama sepekan, harga minyak acuan tersebut turun. Selama tiga minggu berturut-turut kedua harga minyak acuan tersebut melemah dengan harga minyak Brent susut tiga persen dan WIT hampir 0,4 persen.
Baca Juga
Advertisement
Pelaku pasar menilai, harga minyak mampu menguat jelang libur Tahun Baru didukung reli di wall street. Harga minyak telah ikuti wall street dan kedua aset itu alami gejolak selama sepekan.
Pada awal pekan ini, harga minyak turun ke level terendah dalam 1,5 tahun. Namun, harga minyak cenderung melemah 20 persen sepanjang 2018 didorong meningkatnya pasokan.
AS Jadi Produsen Minyak Terbesar
Berdasarkan data the Energy Information Administration (EIA) menyatakan, persediaan minyak mentah AS turun 46 ribu barel selama sepekan hingga 21 Desember. Angka itu lebih kecil dari yang diharapkan 2,9 juta barel.
Stok bensin naik 3 juta barel, mengalahkan harapan analis untuk kenaikan 28 ribu barel. “Minyak mentah gagal memacu minat beli. Meski pun demikian, kami melihat data yang ada mendukung harga dengan pengecualian membangun pasokan bensin 3 juta barel,” ujar Presiden Direktur Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch.
Perusahaan energi AS menyatakan, ada penambahan dua rig minyak dalam sepekan hingga 28 Desember.
Di sisi lain bursa saham global goyah usai AS catatkan produsen minyak mentah terbesar di dunia pada 2018 usai produksi 11,6 juta barel per hari lebih dari Arab Saudi dan Rusia. Produksi minyak telah hampir capai rekor tertinggi di ketiga negara itu.
Pada Desember 2018, Organisasi Negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dan sekutunya Rusia sepakat memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari atau lebih dari satu persen mulai Januari.
Menteri Energi Rusia, Alexander Novak menuturkan, Rusia akan memangkas produksi minyak mentahnya antara 3-5 juta ton pada semester I 2019. Ia menambahkan, keputusan AS mengizinkan beberapa negara memperdagangkan minyak Iran usai jatuhkan sanksi juga menjadi faktor kunci di balik kesepakatan OPEC.
Impor minyak mentah Iran oleh pembeli utama di Asia mencapai level terendah dalam lima tahun pada November ketika sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran mulai berlaku.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement