Liputan6.com, Jakarta Tinggal di pengungsian bersama puluhan bahkan ratusan orang meningkatkan risiko tertular penyakit menular. Hampir seminggu pascatsunami Selat Sunda, beberapa pengungsi korban tsunami di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten mulai terserang infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare.
Menurut salah satu pengungsi di di Pos Pengungsian Kementerian Sosial GOR Futsal Labuan, Rohayah, kemungkinan penyakit ISPA timbuk karena minimnya perilaku hidup bersih dan sehat serta kondisi pengungsian yang tidak layak huni.
Advertisement
"Kami sudah dua hari terakhir mengalami batuk dan pilek serta sesak," kata Rohayah seperti mengutip Antara, Sabtu (29/12/2018).
Selain masalah pernapasan, Rohayah dan beberapa pengungsi juga mengalami gangguan pencernaan sehingga mengalami diare dan sakit perut. "Saya dan dua anak menalami batuk-batuk dan pilek, juga terkadang diare."
Menurut salah seorang sukarelawan, Heni, tempat pengungsian dirasa tidak layak ditambah kotor. Bisa tercium juga bau menyengat di sekitar lokasi pengungsian.
"Kami meminta pemerintah dapat mencari tempat yang bersih dan layak huni agar terhindari dari penyakit menular," tandas Heni.
Menkes Nila ingatkan PHBS
Beberapa waktu sebelumnya, Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek, mengatakan agar para pengungsi mengusahakan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
“Kapan pun dan dimanapun dalam situasi apapun, PHBS harus tetap disadari dan dilakukan. Tsunami memang mengubah kondisi lingkungan, misalnya sanitasi menjadi rusak, tapi PHBS harus tetap diusahakan,” kata Nila, Kamis (27/12/2018) di Jakarta seperti dikutip rilis Sehat Negeriku.
Di hari sebelumnya, Nila juga mengingatkan pengungsi agar menjaga kebersihan tangan. Minimal dengan mencuci tangan sebelum makan untuk mencegah bakteri masuk ke dalam tubuh melalui makanan.
Saksikan juga video menarik berikut
Advertisement