Liputan6.com, Jakarta - Dalam sekejap Ifan Seventeen kehilangan istri dan tiga orang sahabatnya dalam bencana tsunami di Selat Sunda. Kenyataan ini tentu berat dilalui pelantun lagu "Kemarin" tersebut.
Meski telah mengikhlaskan, tak dipungkiri bahwa Ifan Seventeen belum terbiasa dengan kesendiriannya saat ini. Ia masih berharap bahwa istrinya ada di sampingnya.
"Kadang logikaku berkata, it happened too fast. Jadi rasanya kayak masih ada, istriku masih ada. Jadi kalau aku ke depan gitu kadang masih suka nungguin keluar dari pintu," katanya saat diwawancarai oleh tvOne, Jumat (28/12/2018).
Bukan hanya kehilangan sang istri, terkadang ia juga lupa bahwa sahabatnya telah meninggal dunia. Ifan Seventeen mengaku suka teringat pada sosok Herman Si Kumbang.
Baca Juga
Advertisement
Telepon Herman
"Kadang-kadang aku masih suka pengin telepon Herman, misalnya keinget apa gitu, terus aku coba telepon, oh iya astagfirullah. Gitu karena terjadi terlalu cepat jadi kayak logikaku belum merekam itu," sambungnya.
Sementara itu, meski telah menerima kepergian sahabat dan istrinya, Ifan Seventeen masih mempertanyakan kinerja BMKG yang sempat menyebut bencana itu hanyalah gelombang pasang, bukan tsunami.
Advertisement
Mengkritisi BMKG
"Sebenarnya ada yang masih penasaran di aku, ini terkait masalah BMKG. Jadi aku ingat setelah kejadian Ade Jigo ngirim video upload kalau itu tsunami, kembaranku juga instastory kalau itu tsunami soalnya hp nya selamat, ini berarti bencana tsunaminya jelas terjadi," paparnya.
Vokalis berusia 35 tahun itu juga menyayangkan karena tsunami yang terjadi di Selat Sunda gagal dideteksi sejak dini. Akibatnya, tak ada peringatan dan ratusan korban pun berjatuhan.