Liputan6.com, Riyadh - Menteri Luar Negeri baru Arab Saudi membantah bahwa kasus pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi yang menuai kecaman luas dari dunia, menjadi penyebab kerajaan itu melakukan perombakan menteri kabinet.
Ibrahim al-Assaf (69), mantan menteri keuangan veteran yang tahun lalu ditahan dalam apa yang dikatakan Riyadh sebagai operasi anti-korupsi, menggantikan Adel al-Jubeir sebagai menteri luar negeri dalam perombakan besar kabinet pada Kamis 28 Desember lalu yang diperintahkan oleh Raja Salman.
Perombakan mendadak itu dipandang para analis sebagai upaya 'reformasi' dengan menempatkan 'orang yang terpinggirkan' dari pemerintahan untuk kembali menduduki jabatan strategis, guna memberikan keseimbangan pada kebijakan pemimpin de facto Putra Mahkota Mohammed bin Salman --yang menghadapi pengawasan global yang intens atas pembunuhan Khashoggi.
Baca Juga
Advertisement
Namun, berbicara kepada AFP dalam wawancara pertama sejak pengangkatannya, Assaf menegaskan restrukturisasi bukan dimotivasi oleh kasus Jamal Khashoggi, tetapi kebutuhan untuk membuat mesin pemerintah lebih efisien.
"Masalah Jamal Khashoggi ... benar-benar membuat kami sedih, kita semua," kata Assaf kepada AFP, seperti dilansir The Express Tribune Pakistan, Minggu (30/12/2018).
"Tapi secara keseluruhan, kita tidak sedang mengalami krisis, kita akan melalui transformasi," tambahnya, merujuk pada reformasi sosial dan ekonomi yang dipelopori oleh putra mahkota.
Assaf mewarisi kementerian setelah serangkaian langkah kebijakan luar negeri agresif oleh putra mahkota, yang bersama dengan sekutu regionalnya memberlakukan blokade pada negara tetangga Qatar, meluncurkan kampanye militer di Yaman dan terlibat dalam pertikaian diplomatik yang pahit dengan Kanada --yang dipicu oleh pembatalan penjualan senjata Negeri Maple ke Riyadh.
Selain itu, pembunuhan Khashoggi juga menjadi sekam dalam hubungan Arab Saudi dengan sekutu terbesarnya, Amerika Serikat, yang mana lembaga legislatif di Washington telah mengeluarkan resolusi untuk membatasi bantuan mereka terhadap keterlibatan Saudi dalam perang Yaman dan menyebut putra mahkota bertanggungjawab atas kematian jurnalis the Washington Post itu.
Ketika ditanya apakah tantangan kebijakan luar negeri terbesarnya adalah untuk memperbaiki reputasi ternoda kerajaan, Assaf menjawab: "Saya tidak akan mengatakan 'perbaikan' karena hubungan antara negara saya dan sebagian besar negara di dunia dalam kondisi sangat baik."
Ia juga membantah bahwa pencopotan Adel al-Jubeir dari jabatan menlu --dan kemudian ditempatkan menjadi menteri junior di kementerian luar negeri-- dipicu atas kegagalannya dalam memadamkan kritik global terhadap kasus Khashoggi.
"Itu jauh dari benar," bantah Menlu Assaf.
Peran baru Jubeir, dia bersikeras, sama saja dengan pembagian kerja dan bukan penurunan pangkat, dalam upaya untuk mempercepat tugas membentuk kembali kementerian yang dikenal terlalu birokratis.
"Adel mewakili Arab Saudi dan akan terus mewakili Arab Saudi ... di seluruh dunia," kata Assaf. "Kami saling melengkapi."
Seorang birokrat berpengalaman, Assaf pernah ditahan sebentar di Hotel Ritz-Carlton Riyadh tahun lalu bersama dengan ratusan pangeran dan pengusaha elit, dalam apa yang pemerintah sebut sebagai penumpasan korupsi. Banyak pihak menyebut bahwa operasi itu diperintahkan oleh putra mahkota.
Para pejabat Arab Saudi mengatakan Assaf dibebaskan setelah tak terbukti bersalah, dan dia kemudian memimpin delegasi pemerintah ke World Economic Forum di Davos tahun ini.
Simak video pilihan berikut:
Kata Analis
Penunjukkan Ibrahim al-Assaf sebagai menteri luar negeri baru Arab Saudi, menunjukkan bahwa pemerintah berusaha untuk perlahan-lahan "merehabilitasi" PEjabat tua yang berpengalaman, yang secara luas sempat dianggap dimarjinalisasi oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman, kata pengamat.
"Raja Salman berusaha untuk memperkuat posisi putranya dengan menunjuk para teknokrat berpengalaman seperti Assaf yang bukan dari lingkaran dalam MBS, secara tidak langsung menjaga keseimbangan yang sempat tersapu ketika Putra Mahkota berhasrat untuk mengkonsolidasikan kekuasaan," kata Becca Wasser, analis kebijakan di RAND Corporation yang berbasis di AS.
"Menambah pejabat yang berpengalaman dari generasi yang lebih tua, akan berfungsi untuk 'memantau' beberapa impuls Putra Mahkota," tambah Wasser.
Assaf, anggota dewan perusahaan minyak negara Aramco dan Dana Investasi Publik Saudi, mengatakan pengangkatannya sebagai diplomat top akan membantu membawa pengalaman keuangannya ke urusan luar negeri di tengah 'penurunan' ekonomi saat ini.
Sebagai negara eksportir minyak mentah utama, Saudi tengah menghadapi penurunan tajam dalam harga minyak, berebut untuk mengembalikan kepercayaan pada investor asing yang bingung oleh serangkaian apa yang banyak orang lihat sebagai keputusan kebijakan luar negeri yang terburu-buru.
"Hubungan ekonomi sekarang mendominasi urusan luar negeri", kata Assaf.
Advertisement