Petani Kedelai Meminta Perhatian

<I>Harga kedelai lokal jatuh lantaran melimpahnya kedelai impor.</I>

oleh Liputan6 diperbarui 09 Sep 2000, 06:34 WIB
Liputan6.com, Pasuruan: Pemerintah tampak masih terpaku pada upaya peningkatan produksi dan kurang memperhatikan segi pemasaran hasil tani. Keluhan itu disampaikan para petani Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Jumat (8/7). Pasalnya, harga kedelai mereka anjlok lagi pada musim panen tahun ini.

Sebagian petani menuturkan, satu kilogram bahan baku tempe yang tadinya mencapai Rp 3.000 itu, kini melorot hingga Rp 1.800 saja. Keadaan ini, tak pelak membuat mereka putus asa. Anjloknya harga jual menjadi hampir separuh dari patokan yang biasa itu, nyaris tak menyisakan keuntungan lagi bagi mereka. Apalagi, jumlah itu hanya untuk menutup ongkos produksi. Bahkan, terkadang petani justeru merugi. Keadaan seperti ini sudah berulang kali terjadi dan tanpa jalan keluar. Tak heran, bila kini para petani pun enggan menanam kedelai.

Anjloknya harga kedelai lokal ini berhubungan erat dengan merajalelanya peredaran kedelai impor di pasaran. Ironis memang. Apalagi, menurut Syarifuddin Karamah dari Direktorat Jenderal PT Perkebunan Departemen Pertanian, hingga sekarang Indonesia masih tetap mengimpor kedelai dari Cina dan Amerika. Jumlahnya pun tak tanggung-tanggung, mencapai satu juta ton per tahun.

Padahal, kedelai lokal yang sudah memiliki kualitas setara jumlahnya semakin meningkat. Misalnya saja, hasil panen kedelai lokal meningkat dari satu juta ton menjadi 1,3 ton per hektar pada musim panen tahun ini. Namun sebagian besar agaknya mesti dilego di bawah harga. Para petani mengharapkan, pemerintah mau mengendalikan pasar dan menyeimbangkan harga.(HFS/Hasan Sentot dan Joko Sulistiyo Budi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya