Tutup 2018, Microsoft Sabet Gelar Perusahaan Paling Bernilai

Microsoft berhasil merebut predikat perusahaan paling bernilai saat menutup 2018.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 02 Jan 2019, 13:30 WIB
Microsoft. (Doc: TechCrunch)

Liputan6.com, Jakarta - Tahun lalu, Amazon dan Apple bersaing untuk menjadi perusahaan paling bernilai di dunia.

Namun tidak diduga, di penghujung 2018, predikat tersebut justru jatuh ke tangan Microsoft.

Dikutip dari CNET, Rabu (2/1/2018), ini merupakan kali pertama Microsoft mengakhiri tahun sebagai perusahaan paling bernilai setelah terakhir mendapatkannya pada 2002.

Dari laporan terbaru, di akhir 2018 Microsoft memiliki market cap sebesar US$ 779 miliar. Nilai ini mengungguli Apple dan Amazon yang masing-masing memiliki market cap US$ 746,5 miliar dan US$ 728 miliar.

Kesuksesan Microsoft tidak lepas dari sejumlah upaya yang dilakukan perusahaan sejak dipimpin Satya Nadella.

Pria asal India itu mulai melakukan perubahan dengan fokus pada layanan cloud, software open-source, dan layanan cross-platform.

Selain itu, keputusan Microsoft untuk mengakuisisi GitHub ternyata memberikan dampak positif.

Hal tersebut penting karena nilai akusisi GitHub merupakan yang terbesar ketiga di bawah LinkedIn dan Skype.

"Bagi Microsoft, berbagi ilmu dan dompet dengan pengembang merupakan hal penting. Mereka percaya pengembang akan memilki suara yang besar dalam transformasi digital," ujar firma analis Piper Jaffray, saat mengomentari raihan positif Microsoft tahun ini.

Dengan kebarhasilan ini, sejumlah analis memprediksi bahwa Microsoft dapat bernilai lebih dari US$ 1 triliun sebelum akhir 2019.

Bahkan, posisi ini dapat bertahan selama tiga hingga lima tahun ke depan mengingat portofolio yang dimiliki perusahaan.


Microsoft Salip Apple Jadi Perusahaan Paling Mahal di Dunia

Kantor pusat Microsoft

Sebelumnya, posisi Apple sebagai perusahaan paling mahal di dunia akhirnya digantikan oleh Microsoft.

Setelah sebelumnya sempat membalap Apple, tetapi akhirnya kembali disalip, Microsoft kini benar-benar telah melampaui posisi Apple dengan nilai market cap mencapai US$ 851 miliar.

Sekadar diketahui, meskipun nilainya tinggi, kedua perusahaan teknologi ini nilainya di bawah US$ 1 triliun. Padahal pada awal tahun ini, Apple dan Amazon telah mencapai nilai US$ 1 triliun.

Mengutip laman CNN, Minggu (2/12/2018), Apple pertama kali melampaui Microsoft menjadi perusahaan paling mahal pada 2010. Kala itu, produk-produk konsumer milik Apple mulai laris di pasaran.

Kini, Microsoft terus bangkit mengejar ketertinggalannya dari Apple. Tidak lagi fokus pada konsumen perorangan, tetapi konsumen enterprise alias bisnis.

Di bawah CEO Satya Nadella, Microsoft selama bertahun-tahun ini fokus pada bisnis cloud computing.

Di bidang tersebut, Microsoft bersaing dengan Amazon--dengan AWS--menjadi pemain besar. Penjualan layanan cloud computing-nya kini mencapai US$ 100 miliar.


Balapan Jadi Perusahaan Paling Mahal

Satya Nadella, CEO Microsoft (Liputan6.com/ Jeko Iqbal Reza)

Sebelumnya, Microsoft dan Apple terus berlomba-lomba menjadi perusahaan dengan nilai paling tinggi di dunia.

Pasalnya beberapa waktu lalu, Apple menjadi perusahaan AS pertama yang nilai valuasinya menyentuh angka US$ 1 triliun. Saat itu nilai valuasi Microsoft sedikit di bawah Apple, yakni US$ 825 miliar.

Microsoft sempat mengambil posisi Apple sebagai perusahaan paling mahal di AS. Namun, perebutan posisi sebagai perusahaan paling mahal di AS ini tak berlangsung lama. 

Mengutip laman Phone Arena, pada akhir penutupan bursa AS, lagi-lagi Apple kembali menyalip posisi Microsoft sebagai perusahaan paling mahal.

Sekadar informasi, selama tiga bulan terakhir, nilai saham Microsoft turun dari USD 109,60 per saham menjadi USD 106,47. Namun, penurunan 2,9 persen ini telah juga sebanding dengan penurunan harga saham Apple yang terjun dari USD 217,94 ke 174,62 (turun 19,9 persen) selama periode yang sama.

Investor pun khawatir, penjualan iPhone yang lebih lambat dari harapan. Hal ini pula yang kemudian membuat jumlah orderan iPhone 2018 turun.

Sebenarnya bukan hanya Apple yang tengah mengalami pelambatan. Perusahaan AS lainnya, yakni Amazon, nilai sahamnya juga turun 18 persen selama tiga bulan terakhir. Penurunan nilai saham itu dari USD 1.927,68 menjadi USD 1.581,33 per lembar saham.

Hal ini sebenarnya memperlihatkan bahwa nilai saham perusahaan manapun bisa turun atau naik kembali.

(Dam/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya