Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, ekonomi Amerika Serikat (AS) di 2019 akan tumbuh lebih rendah rendah dibandingkan tahun lalu. Hal ini disebabkan kondisi politik di Negeri Paman Sam tersebut.
Perry mengungkapkan, sebelumnya memang partai pengusung Presiden Donald Trump, yaitu Partai Republik menguasai parlemen di AS. Sehingga kebijakan fiskal yang dikeluarkan oleh Trump mendapatkan dukungan dari parlemen.
"Sebagaimana kami sampaikan, tidak mungkin kebijakan fiskal AS terus-terusan akan ekspansi. Di awal 2018 itu dengan waktu itu memang Republik mendominasi di Lower House maupun Upper House maka kebijakan fiskal Trump bisa disetujui," ujar dia di Gedung BI, Jakarta, Rabu (2/1/2019).
Baca Juga
Advertisement
Akibat dari kebijakan Trump ini, lanjut Perry, maka ekonomi global mengalami ketidakpastian. Sementara ekonomi AS mengalami pertumbuhan yang menggembirakan.
"Itu mengawal awal 2018 pasarnya kan goyang. Ekonomi AS di 2018 itu sudah tumbuh di atas output potensialnya. Kalau ditambah dengan stimulus fiskal, ekonominya akan tumbuh lebih tinggi lagi, inflasinya akan tumbuh lebih tinggi lagi. Karena stimulus fiskal menyebabkan membengkaknya defisit fiskal, waktu itu suku bunga naiknya sangat tinggi di AS. Itu yang membuat ketidakpastian di awal 2018," kata dia.
Namun pada saat ini, parlemen AS dikuasai oleh Partai Demokrat. Hal tersebut menyebabkan Trump tidak bisa lagi bebas mengeluarkan kebijakan, meskipun akan menguntungkan bagi AS.
"Nah itu terjadi perkembangan selanjutnya termasuk juga Pemilu yang interim itu, di mana memang sekarang Demokrat mendominasi Lower House, di mana pembahasan budget harus disetujui oleh Lower House yang memang didominasi oleh demokrat. Oleh karena itu salah satunya yang menjadi dampaknya, kemarin permohonan dari Trump untuk menambah budget untuk pembatasan antara AS dan Meksiko itu tidak disetujui," ungkap dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jika Dikuasai Demokrat
Jika penguasaan parlemen tetap dipegang oleh Demokrat, lanjut Perry, maka diperkirakan tidak akan banyak kebijakan dan stimulus fiskal bisa dikeluarkan Trump. Hal ini akan turut berdampak pada pertumbuhan ekonomi AS.
"Dampaknya apa tentu ada dua hal. Tidak adanya stimulus fiskal ini akan menyebabkan juga geliat ekonomi AS tidak setinggi sebelumnya. Diperkirakan 2019 ekonomi AS akan turun dari 2,5 persen menjadi 2 persen. Yang kedua, ini juga akan menurunkan confidence pasar terhadap kinerja ekonomi AS ke depannya. Makanya terjadi koreksi di harga saham, yang kemudian memberikan dampak terhadap keuangan AS," tandas dia.
Advertisement