Blok Masela Memasuki Kajian Teknik Proyek

Blok Masela di Maluku belum juga memasuki tahap pembangunan fisik, saat ini lapangan gas Abadi tersebut masih menempuh proses administrasi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 03 Jan 2019, 14:19 WIB
Dirut PT Pertamina, Dwi Soetjipto saat menjadi pembicara dalam tayangan Inspirato di Liputan6.com, Jakarta, Selasa (5/4). Menurut Dwi kekuatan atau motivasi yang mengantarnya meraih puncak karir adalah orangtuanya. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Blok Masela di Maluku belum juga memasuki tahap pembangunan fisik, saat ini lapangan gas Abadi tersebut masih menempuh proses administrasi.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto mengatakan, saat ini sedang dilakukan kajian teknik Blok Masela. Dia menargetkan, kajian tersebut rampung pada Januari 2019.

‎"Kita sedang bahas, review teknik mudah-mudahan minggu kedua Januari," kata Dwi, di Jakarta, Kamiss (3/12/2018).

Dwi menuturkan, jika dari hasil kajian teknik proyek yang digarap Inpex Corporation dan Shell tersebut harus ada perubahan, maka akan mempengaruhi besaran investasi. Untuk diketahui, perhitungan awal investasi Blok Masela sebesar USD 22 miliar, kemudian angka tersebut turun menjadi USD 15,5 miliar.

"Ya kalau teknik berubah pasti berubah," tutur dia.

Setelah kajian teknik selesai, selanjutnya adalah kajian komersil blok Masela tersebut. Dia pun berharap berbagai tahapan kajian bisa terlaksana, sehingga proses administrasi bisa diselesaikan.

"Komersialisasinya (setelah kajian teknik), mudah-mudahan bisa kita selesaikan‎," kata dia.

 


SKK Migas Targetkan Penerimaan dari Sektor Hulu Capai USD 15 Miliar

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) menargetkan penerimaan negara yang berasal dari industri hulu migas sudah mencapai USD 15 miliar hingga akhir 2018.

Angka itu melampaui target dalam Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar USD 11,9 miliar.

"Goal-nya kayaknya bisa mencapai USD 15 miliar," ujar Wakil Ketua SKK Migas, Sukandar, dalam acara Forum Merdeka Barat, di Jakarta, Rabu 1 Agustus 2018.

Target ini tidak berlebihan. Sebab pada semester I 2018, realisasi penerimaan negara yang berasal dari industri hulu migas sudah mencapai USD 8,5 miliar atau 71 persen dari target APBN 2018. 

Meskipun demikian, Iskandar mengakui, realisasi produksi minyak dan gas (lifting migas) masih berada di bawah target tahun ini sebesar 2 juta BOEPD.

Berdasarkan data yang dimiliki oleh SKK Migas, hingga semester I 2018 realisasi lifting migas secara keseluruhan adalah 1.923 BOEPD. Masing-masing adalah 771 ribu BOPD untuk minyak dan 1.152 BOEPD untuk gas.

"Realisasi produksi masih di bawah target, tapi kami tidak berkecil hati. Tahun ini kita punya goal 2 juta barel oil equivalen. 800 ribu oil, gasnya 1.200 ribu," ujar dia.

Dia mengatakan, pihaknya telah menyiapkan langkah-langkah jitu baru untuk lifting migas. Salah satunya dengan menyiapkan lapangan-lapangan pengeboran baru untuk menambah lifiting migas.

Misalnya adalah blok migas Indonesia Deeper Water Development (IDD). Dia menuturkan, blok migas tersebut memiliki potensi LNG sebesar 6 juta ton per tahun.

"Ini kita lagi develop lapangan baru. Paling cepat itu tiga tahun lagi baru first gas muncul. Kami di SKK optimis, pre feed-nya sudah kelar. Lalu bisa dialirkan ke Badak LNG Plan. Jadi, Badak akan ada 1 trail lagi yang running. Badak ini gak seperti Arun yang menyusun terus. Jadi, kita bisa bawa LNG ke badak supaya bisa lebih efisien," ujar dia.

Selain itu ada juga Blok Migas Masela yang berpotensi sebesar 9,5 juta ton LNG dan 150 mm gas pipa. Lalu masih ada beberapa blok migas lagi yang menurut dia masih banyak menyimpan potensi minyak dan gas. 

"Masela, ini besar 9,5 juta ton LNG dan 150 mm gas pipa. Ini bisa nambah 9,5 juta ton. JTB, ini dioperator Pertamina EP Cepu, ini 190 mmscfd. Tangguh 700, dan lainnya,” kata dia.

"Jadi kami berharap dalam dua hingga empat tahun ke depan bisa menambah produksi minyak dan gas di Indonesia. Kalau di jumlah ini demand besar. 800 ribu barel. Tapi tidak bisa besok, ini butuh waktu," tambah dia.

 

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya