4 Cuitan Andi Arief Ini Bikin Geger Publik

Lagi, Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Andi Arief kembali membuat publik heboh.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 03 Jan 2019, 19:01 WIB
Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Andi Arief Andi Arief

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Andi Arief kembali menjadi sorotan publik. Hal ini lantaran dirinya bercuit dalam akun Twitternya @AndiArief_ soal adanya surat suara yang sudah dicoblos dalam 7 kontainer di Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Rabu 2 Januari 2019.

Cuitan Andi Arief pun langsung ramai di linimasa. Tak hanya itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) turun langsung memeriksa kebenaran kabar yang dicuitkan oleh Andi Arief tersebut.

Namun rupanya, bukan kali ini saja ia membuat geger. Pada awal Agustus 2018 lalu, Andi Arief juga sempat membuat heboh masyarakat soal sebutan Prabowo Subianto sebagai jenderal kardus.

Berikut 4 cuitan Andi Arief dalam akun Twitternya yang membuat masyarakat terpengarah dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


1. Prabowo Jenderal Kardus

Pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menaiki mobil golf sambil menunjukkan salam dua jari saat mengikuti pawai Deklarasi Kampanye Damai di Monas, Minggu (23/9). (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief membenarkan dirinya menulis sejumlah kritikan keras terhadap Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto di akun Twitternya.

Sejumlah tweetan Andi yang ditulis tadi Rabu, 8 Agustus 2018 malam di antaranya berbunyi:

"Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangan ke kuningan. bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tidak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan, jenderal kardus."

Dilanjut dengan tweet berikutnya,

"Jenderal kardus punya kualitas buruk, kemarin sore bertemu ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan. belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang Sandi uno untuk mengentertain PAN dan PKS."

Cuitan Andi muncul lantaran dirinya mengaku geram dengan politik transksional yang dilakukan Prabowo. Menurut Andi, sebutan 'Jenderal Kardus' pantas melekat di Prabowo lantaran langkahnya yang tak cakap dalam memperhitungkan harmonisasi koalisi.

"Pertama Demokrat itu dalam posisi diajak oleh Jenderal Prabowo untuk berkoalisi. Diajak ya, kita tidak pernah menawarkan siapa-siapa (berkoalisi) walau Pak Prabowo menawarkan AHY untuk jadi wakilnya," kata Andi.

"Tapi hari ini kami mendengar justru sebaliknya. Ada politik transaksional yang sangat mengejutkan. Itu membuat saya menyebutnya jadi Jenderal Kardus, jenderal yang enggak mau mikir," tegas Andi.

 


2. Mahar Politik

Banner Infografis Mahar Politik Calon Kepala Daerah. (Liputan6.com/Triyasni)

Andi Arief mantap dengan argumentasinya soal dugaan mahar Rp 500 miliar di balik pemilihan pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2019. Dia yakin betul apa yang disampaikannya itu sesuai dengan fakta berdasarkan versi yang dia dapat.

Soal Mahar ke PKS dan PAN masing-masing Rp 500 miliar ini penjelasan saya, Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan, Waketum Demokrat Syarief Hasan, dan Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Amir Syamaudin mendapat penjelasan itu (mahar Rp 500 M) langsung dari tim kecil Gerindra Fadli Zon, Dasco, Prasetyo dan Fuad Bawazier pada 8 Agustus 2018 pukul 16.00 WIB," ungkap Andi di akun twitternya @AndiArief__, Sabtu, 11 Agustus 2018.

"Soal mahar Rp 500 miliar masing-masing pada PAN dan PKS itu yang membuat malam itu saya mentuit jendral kardus. Besar harapan saya dan partai Demokrat, Prabowo memilih Cawapres lain agar niat baik tidak rusak," kata dia.

Tanggal 9 Agustus pagi, sambung Andi, digelar pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrat SBY dan Prabowo. Pertemuan itu membahas soal bagaimana kembalikan politik yang baik dan terhormat tanpa mahar.

"SBY usulkan Prabowo cari cawapres lain yang bukan Sandi, bukan AHY, bukan Zulkifli Hasan, bukan Salim Segaf Al Jufri seperti permintaan Zulkifli Hasan agar tokoh netral. Prabowo tetap tak hiraukan usul SBY soal tokoh netral," ujar Andi.

Ia pun heran, kenapa Zulkifli Hasan dan Salim Segaf Al Jufri juga berubah pendiriannya dari yang semula ngotot harus figur dari PAN atau PKS atau tokoh netral tiba-tiba sepakat memilih Sandiaga Uno sebagai cawapres yang juga dari Gerindra.

"Ada apa? Semua sudah terjadi, tapi proses ini publik harus mengerti," imbuh Andi.

"Saya terpaksa mentuit soal mahar ini karena PAN dan PKS memberi ancaman untuk membawa ke ranah hukum. Saya siap dan kesempatan ini menjelaskan pada publik," Andi memungkasi.

 


3. PDIP Bajak Kader Demokrat

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Langkah kader Demokrat Deddy Mizwar yang memilih bergabung ke Tim Pemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin, membuat Wasekjen Demokrat Andi Arief meradang. Melalui akun Twitter-nya, dia menyentil Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.

"Saya tidak mengerti kenapa Ibu Megawati merestui Hasto yang rajib membajak kader demokrat untuk gabung ke tim Jokowi. Apakah PDIP sudah sangat miskib kader berkualitas?," cuit Andi Arief pada 30 Agustus 2018 lalu.

Andi membenarkan kritikannya ke Hasto dituangkan melalui media sosial berlambang burung biru itu.

"Benar (mengkritik Hasto)," kepada Liputan6.com.

Andi menuding Hasto membajak kader Partai Demokrat. Dia bahkan menuding partai yang digawangi Ketua Umum Megawati Soekarnoputri itu krisis kader berkualitas.

"Saya berharap Ibu Megawati bisa menertibkan dari mulai mulut sampai tindak tanduk Hasto yang sudah di luar batas ingin merusak Partai Demokrat, kami bukan hanya marah, tapi sudah taraf eneg," tulis Andi, Kamis.

Dia juga mengklaim, bahwa ada kader PDIP sempat ditawari menjadi menteri tahun 2009. Dirinya menduga inilah alasan Hasto meradang dengan Demokrat.

"Pada tahun 2009 memang ada beberapa kader PDIP yang ditawarkan jabatan menteri KIB II, Nama Hasto memang tidak ada, apakah karena itu dendam kesumat Hasto terhadap Demokrat gak pernah padam?" Andi melannjutkan.

 


4. Surat Suara Sudah Dicoblos

Petugas Komisi Pemilihan Umum (KPU) memperkenalkan contoh lima surat suara Pemilu 2019 di Gedung KPU, Jakarta, Senin (10/12). Surat suara Pemilu 2019 terdiri atas Pilpres, Pileg tingkat Pusat, Provinsi, Kota, dan Kabupaten. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat Andi Arief menjadi sorotan lantaran cuitannya di akun Twitternya yang menyebut adanya surat suara yang sudah dicoblos dalam 7 kontainer di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu 2 Januari 2019. Dia kemudian menghapus cuitanya itu

"Mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos di Tanjung Priok. Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya, karena ini kabar sudah beredar," demikian twit Andi Arief melalui akun Twitternya @AndiArief_ sebelum dihapus.

Andi mengaku tak bermaksud menghapus cuitannya. "Terhapus," ucap Andi kepada Liputan6.com, Kamis (3/1/2019).

Andi Arief membantah menyebar hoaks. Dia mengklaim menyelamatkan Pemilu. "Saya menyelamatkan justru," pungkas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya