Liputan6.com, Muna - Laborombonga, namanya mungkin sudah jarang didengar lagi oleh generasi milenial di Kabupaten Muna, salah satu pulau yang kaya kisah mistis di Sulawesi Tenggara. Sosoknya digambarkan sebagai iblis pelahap api dan manusia, berkepala sapi dan bertanduk mirip kambing.
Laborombonga, diceritakan berjalan dengan dua kaki layaknya manusia. Tubuhnya lebih kecil daripada sapi, memiliki jenggot dan sinar mata merah menyala.
Warga Muna yang kebetulan memiliki kemampuan indra keenam, bisa melihat dia berjalan diikuti nyala api yang berkobar di sekujur tubuh. Suhu di sekitar akan berubah tiba-tiba, disertai angin yang berembus kencang tak biasa.
Baca Juga
Advertisement
Dia hidup di tengah rimba, meskipun kadang pada momen tertentu dia bisa muncul di pinggiran hutan di sekitar rumah warga. Itu zaman dahulu, saat ini dia tinggalah cerita.
Namun, kisahnya masih dipakai untuk menakut-nakuti anak kecil yang suka bermain hingga menjelang malam di luar rumah. Atau dongeng pengantar tidur untuk bocah yang rewel saat dipaksa tidur.
Era tahun 1960 hingga 1980-an, sosoknya masih lekat di kalangan petani di wilayah itu. Laborombonga, kerap dijumpai mereka yang mampu melihat ke alam metafisik. Jika sedang tak beruntung, orang 'biasa' pun akan melihat sosok mengerikan ini ketika berada di dalam hutan.
Kisahnya beberapa kali diceritakan para orang tua yang pernah mengadu nasib di tengah rimba. Kebanyakan mereka yang pernah berpapasan ketika membuka lahan pertanian baru, hingga saat memburu rusa atau babi hutan.
Kemunculannya, biasanya menjelang petang atau tengah malam. Diiringi suara mirip lenguhan berat hewan sapi di kejauhan atau bau bangkai yang menyengat tiba-tiba, merupakan saat sebelum Laborombonga menampakkan diri.
"Jika bunyinya seperti di kejauhan berarti dia dekat. Jika bunyinya dekat, berarti dia jauh," ujar La Ipi, salah seorang warga yang tinggal di pinggiran hutan Warangga, Muna.
Perambahan Hutan, Mengikis Cerita Laborombonga
Ketika muncul, biasanya ia akan mencari sumber api. Bara dan nyala api pembakaran lahan pertanian baru atau sampah di hutan menjadi sasaran Laborombonga. Kobaran api yang besar, biasanya akan langsung mengecil dan padam tiba-tiba ketika diisap Laborombonga.
Oleh karena itu, warga di pinggiran hutan menghindari membakar api saat menjelang Magrib atau malam. Warga yang biasanya menyalakan api untuk membakar sampah, memilih melakukannya pada pagi atau siang hari.
"Namanya juga iblis, dia pasti suka dengan api. Mereka yang tak siap dengan benteng doa-doa, akan sakit atau bahkan kehilangan nyawa saat kebetulan melihat Laborombonga," tambah La Ipi.
Perambahan hutan besar-besaran di Kabupaten Muna pada akhir era 90-an hingga pertengahan tahun 2000-an pelan-pelan mengikis kisah Laborombonga. Saat itu, hutan jati di Kabupaten Muna yang ditanam sejak era penjajahan kolonial Belanda mulai dieksploitasi warga.
Di hutan itu pula, kisah Laborombonga yang pernah hidup subur perlahan hilang sampai hari ini. Rimba yang dulunya lebat, kini telah habis dibabat.
Ramainya para penebang kayu jati di hutan Muna mungkin menjadi penyebab utama Laborombonga tak muncul lagi. Saat itu, hutan sudah disesaki mesin pemotong.
Jika Laborombonga hidup di negara para kaum templar berada, mungkin Laborombonga akan disembah dan diagungkan. Sosoknya mirip Baphomet, makhluk mistis berkepala kambing yang menjadi simbol pentagram.
Sementara di Kabupaten Muna, meskipun beberapa orang sudah melihat kemunculan makhluk ini, tapi tidak sampai menjadikannya sembahan.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement