Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo ( Jokowi) meninjau hasil rehabilitasi saluran Irigasi Lodoyo di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Dalam tinjauan tersebut, dia mengatakan pemerintah sudah merehabilitasi saluran irigasi primer untuk mengairi areal persawahan seluas 3 juta hektare dalam lima tahun terakhir.
"Ini perbaikan irigasi primer yang ditargetkan dalam rencana kita seluas tiga juta hektare. Ini salah satunya. Ini target yang harus kita selesaikan dalam lima tahun," kata Jokowi dikutip Antara, Kamis (3/1/2019).
Dia menyebutkan, saluran irigasi primer Lodoyo dibangun pada 1982 dan setelah itu belum ada rehabilitasi lagi yang signifikan. "Ini direhabilitasi agar air yang mengalir tidak hilang di tengah jalan. Kita rehabilitasi semuanya," imbuhnya.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono yang turut mendampingi Presiden Jokowi mengatakan, perbaikan saluran irigasi primer untuk lahan tiga juta ha sudah tercapai sesuai target RPJMN.
"Khusus yang di sini (Lodoyo) panjangnya 16 km untuk 12.000 ha sawah. Ini dari Waduk Wlingi di Blitar juga," ujar Basuki.
"Ada yang dibangun saluran sekundernya, ada saluran primernya yang baru, tapi yang namanya rehabilitasi seperti ini, artinya dulunya sudah ada, kemudian diperbaiki karena sudah lama tidak ada pemeliharaan," jelasnya.
Menteri PUPR: Saya Kena Omel Jokowi karena Tak Bangun Irigasi di Lhok Guci
Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menceritakan, dirinya acapkali ditegur Presiden Joko Widodo (Jokowi) akibat tidak tersedianya jaringan irigasi di Bendungan Lhok Guci, Aceh, yang mulai dibangun sejak 2004.
Sebab, ia mengatakan, jaringan irigasi merupakan kunci penyaluran air ke area persawahan yang jadi sumber ketahanan pangan nasional sebagai salah satu program prioritas dalam Nawacita.
"Ketahanan pangan ini kita lalui melalui ketahanan air untuk pertanian. Itu alasan kenapa dibangun 65 bendungan, kenapa dibangun irigasi, karena untuk ketahanan pangan kita," bebernya di Jakarta, Selasa (23/10/2018).
Sebagai contoh, Menteri Basuki menyebutkan, pembangunan tujuh bendungan di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yakni Bendungan Tanju, Mila, Bintang Bano, Raknamo, Rotiklot, Namun Gete, dan Temef.
BACA JUGA
Pembangunan ketujuh bendungan itu dimaksudkan untuk menjaga ketahanan penyaluran air. "Di NTB di NTT, kalau mau bergerak maju hanya air, air, air. Enggak ada lain. Tanpa air, enggak akan bisa," tegas Menteri Basuki.
Namun begitu, jelasnya, pembangunan bendungan juga harus dibarengi dengan pembuatan jaringan irigasi untuk menyalurkan air ke sektor persawahan. Bila tidak, Jokowi akan menugasi pihak berwenang untuk merekonstruksi waduk menjadi Daerah Irigasi (DI) seperti yang terjadi pada Bendungan Lhok Guci di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh.
"Lhok Guci itu pembangunannya sudah sejak 2014 bendungnya. Baru setelah kunjungan Presiden ke Aceh ternyata belum ada saluran irigasinya. Jadi ini diberi contoh yang salah oleh presiden di setiap Rakornas," keluhnya.
Akibat kelalaian itu, Menteri Basuki menyampaikan, ia kerap mendapat omelan Jokowi. Oleh karenanya, Kementerian PUPR mulai merekonstruksi Bendungan Lhok Guci menjadi Daerah Irigasi sejak 2016 dengan biaya senilai Rp 1,55 triliun. Proyek yang ditargetkan rampung 2019 ini nantinya diharapkan dapat mengairi lahan seluas 18.542 hektare.
"Ini saya dimarahin terus, dipakai contoh salah terus. Jadi sekarang kita bangun dan selesai untuk 18 ribu hektare. Bendungnya sendiri sudah dibangun 2004, baru kita bangun (ulang) pada tahun 2016 kemarin," ujar dia.
Advertisement