Liputan6.com, Morotai - Pembangunan proyek tulang punggung jaringan komunikasi pita lebar Palapa Ring diperkirakan akan menghubungkan seluruh nusantara pada pertengahan 2019.
Imbasnya, seluruh daerah yang mulanya tak dibangun jaringan oleh operator telekomunikasi karena tak menguntungkan secara bisnis, kini bisa dikembangkan oleh operator dengan skema bisnis KPBU (kerja sama pemerintah dan badan usaha).
Jika operator telekomunikasi tak lagi membangun jaringan dari awal dan hanya melanjutkan Palapa Ring, menurut Menteri Komunikasi dan Informatia Rudiantara, biaya yang diperlukan untuk membangun jaringan di daerah-daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) pun bisa lebih murah.
Baca Juga
Advertisement
Hal ini memberikan dampak berupa harga paket pulsa atau kuota data yang lebih terjangkau. Rudiantara berharap, harga pulsa dan kuota data bisa sama dengan di Ibu Kota.
Rudiantara mengibaratkannya seperti proyek tol laut yang memungkinkan harga bensin bisa sama di berbagai tempat di Indonesia.
"Harga data seluler, satu harga, akhir tahun ini. Jadi, Palapa Ring selesai tengah tahun 2019. Barat sudah operasi April dan ada operator yang bayar, Tengah itu selesai Desember kemarin sekarang operator boleh pakai untuk uji coba," tutur Rudiantara saat ditemui di Daruba, Kab Pulau Morotai, Maluku Utara, Rabu (2/1/2019).
Tak Ingin Perbedaan Harga Paket Terlalu Jomplang
Rudiantara menegaskan, harga paket data yang sama antara Ibu Kota dan daerah hanya akan terjadi jika Palapa Ring sudah selesai dibangun dan dimanfaatkan.
"Jangan sampai (perbedaan harga paket kuota) terlalu jomplang. Sebetulnya kan ini sangat teknis, kalau bahasa sederhaan akibat Palapa Ring, satu layanan ada di mana-mana, contohnya Morotai yang tadinya tidak ada (akses) sekarang jadi ada, Papua yang tidak ada (akses) jadi ada," kata Rudiantara menjelaskan.
Selain layanan yang akan menjangkau seluruh wilayah di Indonesia, harganya pun nanti tak akan jauh berbeda.
Ia mencontohkan alasan membeli pulsa di Jakarta dan digunakan di Jakarta bisa lebih lama dipakai, namun saat dibawa ke Papua jadi cepat habis.
"Dipakai di Jakarta lama habisnya tapi dibawa ke Papua jadi cepat habisnya, kayak kesedot. Nah ini sebenarnya karena masyarakat tidak diedukasi mengenai harga per data per mbps, hanya tahu harga paket aja, tetapi begitu dipakai sangat terasa, karena harganya memang lebih mahal," ujar pria yang karib disapa Chief RA ini.
Namun, dengan adanya Palapa Ring yang dimanfaatkan untuk menghadirkan layanan komunikasi oleh operator, penggunaan pulsa baik di barat dan timur, maupun di Jakarta akan sama.
"Nanti kalau Palapa Ring-nya sudah dipakai oleh semua operator, 'kan Anda juga dapat diskon dari saya, ongkosnya juga lebih murah, samain dong harga paketnya'," kata Rudiantara kepada operator telekomunikasi yang berminat memanfaatkan sambungan kabel fiber optik Palapa Ring.
Advertisement
Cerita Soal Mahalnya Harga Pulsa di Indonesia Timur
Rudiantara mengatakan, saat awal dirinya menjabat sebagai Menkominfo akhir 2014, perbedaan harga paket kuota di daerah dan ibu kota bisa mencapai 2 kali lipat.
"Range harga 2 kali lipat itu, waktu itu ramai dipetisi di change.org. Saya telepon change.org, tanya ke pengelola siapa inisiatornya, kemudian dikasih nomor inisiatornya dan saya hubungi," tutur Rudiantara.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Unpad ini kemudian menghubungi insiator petisi di change.org yang ternyata merupakan orang Maluku. Kemudian dia menjelaskan kenapa harga paket di sana mahal.
"Akhirnya saya minta Telkomsel turunkan harga, jadi tadinya selisih 100 persen, diturunkan harganya 35 persen, jadi selisihnya masih 65 persen," kata Rudiantara.
Diapun berharap, dengan selesainya Palapa Ring, harga paket bisa lebih murah atau bahkan sama dengan di Ibu Kota.
Harga Internet Indonesia di ASEAN Termurah Kedua
Rudiantara menjelaskan, sebenarnya harga internet Indonesia itu merupakan yang kedua termurah di negara-negara ASEAN per Mbps-nya.
"Ini akibat dari kompetisi (antaroperator) yang tidak rasional. Jadi operator selama ini konsern ke jumlah pelanggan, padahal dengan model bisnis yang sekarang itu tidak bisa berlaku lagi," tutur Rudiantara.
Dia menjelaskan, sebelumnya yang penting bagi operator adalah jumlah pelanggan. "Sekarang tidak bisa lagi seperti itu. Makanya dengan registrasi, pelanggan jumlahnya turun tetapi revenue-nya tidak turun," katanya.
(Tin/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :
Advertisement