Liputan6.com, Seoul - Hilangnya duta besar Korea Utara --bersama istrinya-- di Italia, menurut anggota parlemen di Selatan, kemungkinan adalah aksi sembunyi untuk membelot dari pemerintahan rezim Kim Jong-un.
Kabar itu datang dari agen mata-mata Korea Selatan, yang memberi pengarahan kepada anggota parlemen di Seoul pada Kamis 3 Januari, tentang status Dubes Korea Utara untuk Italia, Jo Song-gil.
Dikutip dari Time.com pada Jumat (4/1/2019), intelijen Korsel menyebut bahwa Jo bersembunyi dengan istrinya sejak November lalu, sebelum masa bakti di Italia berakhir bulan itu.
Pembelotan besar-besaran oleh salah satu elit Korea Utara akan sangat memalukan bagi Kim Jong-un, yang kini aktif mengejar diplomasi dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS), guna menggambarkan dirinya sebagai pemain geopolitik.
Baca Juga
Advertisement
Anggota parlemen Korea Selatan Kim Min-ki mengatakan, seorang pejabat dari Lembaga Intelijen Nasional (NIS) berbagi informasi terkait selama briefing tertutup di Seoul.
Namun, ia tidak mengatakan apakah agen mata-mata itu mengungkapkan sesuatu tentang keberadaan Jo, atau apakah sang duta besar memiliki rencana untuk membelot ke Korsel.
Menurut Kim, pejabat NIS itu mengatakan Jo dan istrinya meninggalkan kediaman resmi dubes Korut pada awal November, beberapa pekan sebelum masa tugasnya berakhir. Tidak diketahui apakah mereka turut serta membawa anak-anaknya pergi.
NIS sebelumnya mengatakan tidak dapat mengkonfirmasi laporan media Korea Selatan bahwa Jo berada di bawah perlindungan pemerintah Italia, di tengah isu bahwa ia mencari suaka di negara Barat.
Adapun Korea Utara belum mengomentari status Jo, ataupun kabar ia menghilang.
Mengalihkan Pencarian
Sementara itu, tanpa mengutip sumber apa pun, harian Italia La Repubblica menulis tentang kemungkinan bahwa Korea Utara mengalihkan pencarian ke kantor lain, seperti badan intelijen Italia untuk "bantuan diplomatik".
Sementara itu, pembelotan paling terkenal oleh elit tinggi Korea Utara adalah Hwang Jang-yop. Dia merupakan seorang pejabat senior di Partai Buruh yang berkuasa, di mana pernah menjadi guru bagi ayah mendiang Kim Jong-un, diktator Kim Jong-il.
Pembelotan Hwang yang dilakukan pada 1997 silam, dielu-elukan oleh banyak warga Korea Selatan sebagai bonanza intelijen. Hwang meninggal pada 2010.
Simak video pilihan berikut:
Korut Peka Terhadap Pembelotan
Korea Utara, yang menyebut dirinya sebagai negara sosialis, sangat peka tentang pembelotan, terutama di antara korps diplomatik elitnya.
Sekitar 30.000 warga Korea Utara telah membelot ke Korea Selatan sejak akhir Perang Korea 1950-53, lapor angka dari catatan pemerintah Seoul.
Banyak pembelot mengatakan mereka ingin meninggalkan sistem politik Korea Utara yang keras dan kemiskinan yang meluas.
Korea Utara sering menuduh Korea Selatan menipu atau membayar orang untuk membelot, dan bahkan mengklaim bahwa mereka telah diculik.
Jo Song-gil menjadi duta besar di Roma, setelah Italia mengusir pendahulunya, Mun Jong-nam pada Oktober 2017, sebagai protes terhadap uji coba nuklir dan peluncuran rudal jarak jauh oleh Korea Utara.
Jo diketahui tampak nyaman berkeliling Italia. Pada Maret 2018, dia didampingi oleh pejabat Kedubes Korut lainnya, Pak Myong-gil, mengunjungi dua pabrik di Kota Veneto di wilayah timur laut Italia, lapor La Tribuna di Treviso, harian setempat.
Di antara orang Italia yang menemani delegasi Korea Utara adalah mantan senator Italia untuk dari Partai Liga, yang secara umum menentang embargo ekonomi karena berdampak buruk bagi bisnis.
Kedutaan besar di Italia sangat penting bagi Korea Utara karena merupakan jembatan untuk negosiasi tahunan dengan Program Pangan Dunia (FAO), yang berbasis di Roma, tentang bantuan pangan.
Sebuah sumber lain juga mengatakan Italia telah menjadi pusat penyelundupan barang-barang mewah untuk para elit Korea Utara, dan kemungkinan besar Jo terlibat dalam kegiatan itu.
Advertisement