Liputan6.com, Washington - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan, negosiasi perdagangan dengan China berjalan sangat baik. Ekonomi China kini melemah memberi alasan pemerintahan China untuk menuju kesepakatan penyelesaian perang dagang.
Para pejabat AS bertemu dengan pejabat China lainnya di Beijing, China pada pekan ini untuk pembicaraan tatap muka pertama sejak Trump dan Presiden China Xi Jinping pada Desember 2018 menyetujui gencatan senjata 90 hari dalam perang dagang yang telah mengguncang pasar internasional.
Trump memberlakukan tarif impor ratusan miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada barang-barang China untuk menekan Beijing sehingga mengubah praktiknya dalam sektor perdagangan mulai dari subsidi industri hingga peretasan. China pun membalas dengan tarifnya sendiri.
Baca Juga
Advertisement
Trump menyatakan, penerapan tarif impor AS telah merugikan China. "Saya pikir China ingin menyelesaikannya. Ekonomi mereka tidak baik. Saya pikir itu memberi mereka insentif besar untuk bernegosiasi," ujar dia, seperti dikutip dari laman Reuters, Senin (7/1/2019).
Saat ditanya mengenai apa yang dia harapkan pada pembicaraan minggu ini di Beijing, Donald Trump tampaknya optimistis. "Pembicaraan China berjalan sangat baik. Saya benar-benar yakin mereka ingin buat kesepakatan," ujar dia.
Sebelumnya China memangkas persyaratan cadangan bank di tengah melambatnya pertumbuhan di dalam negeri dan tekanan dari tarif AS.
Donald Trump: Ada Kemajuan Upaya Penyelesaian Perang Dagang AS-China
Sebelumnya, masing-masing pemimpin Amerika Serikat (AS) dan China menyatakan ada kemajuan di antara komunikasi kedua negara pada Sabtu 29 Desember, setelah pembicaraan telepon tentang upaya penyelesaian perang dagang yang mengguncang pasar global.
"(Kami) Baru saja melakukan pembicaraan yang panjang dan sangat baik dengan Presiden Xi dari China," kicau Presiden AS Donald Trump di Twiiter.
"Kesepakatan berjalan dengan sangat baik. Jika dibuat, itu akan sangat komprehensif, mencakup semua subjek, area, dan titik perselisihan. Kemajuan besar sedang dibuat," lanjut Trump, sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Senin 31 Desember 2018.
Washington dan Beijing saling memberlakukan tarif senilai lebih dari US$ 300 miliar (setara Rp 4.395 triliun) dalam total perdagangan dua arah awal tahun ini. Hal tersebut mengunci konflik yang berdampak pada menurunnya keuntungan, yang mengancam keseimbangan pasar global.
Di lain pihak, Xi Jinping mengatakan bahwa pemimpin kedua negara menginginkan "kemajuan yang stabil" dalam hubungan mereka, lapor kantor berita Xinhua.
"Saya berharap kedua pihak akan bertemu di tengah jalan, bekerja keras, dan berusaha untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan dan bermanfaat bagi dunia secepat mungkin," kata Xi.
Juru bicara kementerian luar negeri China, Lu Kang, mengatakan bahwa hubungan Sino-AS sekarang "berdiri pada titik awal baru yang bersejarah", dan bahwa kedua belah pihak harus menghormati kedaulatan masing-masing, kepentingan keamanan dan pembangunan secara tepat.
Sementara para investor masih mengkhawatirkan perang dagang tersebut, hubungan kedua pemimpin negara mulai mencair setelah Xi Jinping dan Donald Trump menyetujui gencatan senjata perdagangan 90 hari pada awal Desember, dan berkomitmen untuk meredakan ketegangan pada 1 Maret mendatang.
Kantor berita Xinhua mengutip pernyataan Xi yang mengatakan bahwa China dan AS sedang berupaya menerapkan ketentuan-ketentuan gencatan perang dagang itu.
"China sangat mementingkan pengembangan hubungan bilateral dan menghargai kesediaan pihak AS untuk mengembangkan jalinan kerja sama yang kooperatif dan konstruktif," kata Xi, menurut Xinhua.
Perang dagang AS-Cina telah menjadi salah satu faktor yang menekan AS dan pasar global pada Desember ini, di samping kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan, penutupan sebagian pemerintah AS, suku bunga federal AS yang lebih tinggi, dan kritik Donald Trump terhadap bank sentral.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement