5 Bursa Saham Terbaik dan Terburuk Sepanjang 2018

Sebagian besar bursa saham dunia alami koreksi terburuk sejak krisis keuangan. Koreksi terburuk itu pada 2018.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Jan 2019, 10:00 WIB
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Sebagian besar bursa saham dunia alami koreksi terburuk sejak krisis keuangan. Koreksi terburuk itu pada 2018, sehingga membuat investor global khawatir terhadap penurunan selanjutnya.

Ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS dan isu geopolitik seperti Brexit atau Britain exit juga membayangi pasar keuangan pada 2018.

Sepanjang 2018, ada sejumlah bursa saham global yang mencatatkan performa terbaik dan terburuk. Berikut bursa saham global terbaik dan melempem pada 2018 seperti dikutip dari laman CNBC  seperti ditulis Senin (7/1/2019) antara lain:

1.Ukraina (80,39 persen)

Bursa saham Ukraina (PFTS) meroket 80,39 persen pada 2018. Hal itu berdasarkan data dari Refinitv. Bursa saham Ukraina menjadi salah satu terbaik di dunia.

2.Makedonia (30,41 persen)

Indeks unggulan MBI 10 dari bursa efek Makedonia naik 30,41 persen. Kenaikan indeks saham tersebut didukung usai Makedonia capai kesepakatan dengan Yunani untuk selesaikan perselisihan nama lama.

3. Qatar (20,87 persen)

Bursa saham Qatar melonjak lebih dari 20 persen pada 2018. Negara teluk tersebut secara resmi meninggalkan OPEC. Hal tersebut mengakhiri keanggotaan yang telah berdiri lebih dari setengah abad.

Sejak Juni 2017, Arab Saudi dan tiga negara Arab lainnya telah memutuskan hubungan perdagangan dan transportasi dengan Qatar karena tudingan negara tersebut mendukungan terorisme dan saingan regional lainnya Iran.

Qatar membantah hal itu, dan mengatakan boikot tersebut menghambat kedaulatannya.

4. Uni Emirat Arab (11,75 persen)

Indeks umum ADX Uni Emirat Arab naik hampir 12 persen pada 2018. Menteri Ekonomi UEA, Sultan bin Saeed al-Mansuri mengharapkan, pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di Timur Tengah itu akan tumbuh 2,5 persen-3 persen pada 2019. Proyeksi tersebut sejalan dengan perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF).

5. Arab Saudi (8,77 persen)

Bursa saham Arab Saudi turun karena investor global resah tentang memburuknya hubungan dengan komunitas internasional pada 2018.

Keluarga keluarga Arab Saudi telah alami tiga bulan pengawasan ketat setelah pembunuhan terhadap kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi di Istanbul pada Oktober.

 


Bursa Saham Global Terburuk

Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Sedangkan bursa saham global yang terpuruk antara lain:

1.Venezuela (-94,89 persen)

Bursa saham Venezuela merosot tajam pada 2018. Negara yang dilanda krisis tersebut membuat indeks saham IBVC turun lebih dari 94 persen. Hal itu juga dipicu ketika Presiden Venezuela Nicolas Maduro berupaya mengakhiri periode panjang gejolak ekonomi di negara yang kaya minyak tetapi miskin uang.

2. Argentina (-50,2 persen)

Argentina berjuang atasi krisis keuangan pada 2018. Indeks pasar saham tersebut turun lebih dari 50 persen pada 2018. Penurunan itu tak lepas dari sentimen kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve.

Kenaikan suku bunga bank sentral AS mendorong nilai dolar AS perkasa terhadap mata uang lainnya sehingga membuat pembayaran utang lebih mahal dalam dolar AS. Selain itu, perang dagang juga menekan bursa saham ditambah harga komoditas. Padahal komoditas merupakan sumber pendapatan penting di pasar negara berkembang.

3. Turki (-43,35 persen)

Mata uang Argentina melemah juga berdampak terhadap mata uang negara berkembang lainnya termasuk mata uang Turki lira alami penurunan tajam.

Ketidaksepakatan kebijakan antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan bank sentral lainnya menimbulkan kegelisahan pasar dan memperumit masalah.

Turki menahan pendeta AS Andrew Brunson juga menjadi sumber ketegangan yang berlanjut pada 2018. Hal tersebut memperburuk hubungan antara AS dan Turki sehingga menekan aset investasi Turki. Brunson pun dibebaskan pada pertengahan Oktober.

4. China

Indeks saham Shanghai China melemah seiring perang dagang AS yang mulai terjadi. Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyatakan gencatan senjata 90 hari pada awal Desember. Akan tetapi, pengamat sangat skeptis peluang Washington dan Beijing menyetujui perang dagang dalam jangka waktu yang diusulkan.

5. Pakistan (-28,07 persen)

Indeks saham Karachi 100 susut lebih dari 28 persen yang denominasi dalam dolar AS pada 2018. Hal tersebut mendorong pasar saham Pakistan alami kinerja terburuk kelima di dunia pada 2018.

Hal itu didorong IMF gagal setujui persyaratan paket bailout Pakistan pada November 2018. Para pejabat di Pakistan dilaporkan menetapkan pertengahan Januari untuk target IMF menandatangani paket bailout keduanya sejak 2013 ketika meminjam USD 6,7 miliar.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya