Monyet Surili Jawa (Presbytis Comata) bertengger di pepohonan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Jawa Barat, Sabtu (5/1). Surili Jawa adalah spesies monyet dunia lama yang merupakan primata endemik Jawa Barat. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Induk monyet Surili menggendong anaknya saat mencari makan di pepohonan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Jawa Barat, Sabtu (5/1). Pada 2004, IUCN menetapkan primata pemakan segala itu terancam punah (endangered). (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Monyet Surili Jawa (Presbytis Comata) bertengger di pepohonan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Jawa Barat, Sabtu (5/1). Surili dewasa memiliki warna punggung (dorsal) berwarna hitam atau cokelat tua keabuan. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Monyet Surili Jawa (Presbytis Comata) bertengger di pepohonan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Jawa Barat, Sabtu (5/1). Surili dewasa memiliki warna kepala sampai jambul hitam. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Kawanan monyet Surili Jawa (Presbytis Comata) saat mencari makan di pepohonan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Jawa Barat, Sabtu (5/1). Panjang tubuh individu jantan dan betina hampir sama. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Induk monyet Surili menggendong anaknya saat mencari makan di pepohonan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Jawa Barat, Sabtu (5/1). Panjang Surili berkisar antara 430-600 mm. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)
Monyet Surili Jawa (Presbytis Comata) mencari makan di pepohonan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Jawa Barat, Sabtu (5/1). Surili memiliki panjang ekor berkisar antara 560-720 mm dan berat tubuh rata-rata 6,5 Kg. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)