Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, terutama di perdagangan hari ini. Pagi ini, rupiah dibuka di level 14.177 per dolar AS atau menguat dibanding penutupan perdagangan kemarin di 14.270 per dolar AS.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah menyebutkan, Rupiah melanjutkan penguatan yang signifikan hari ini yaitu sebesar Rp 215 atau 1,51 persen.
Dia menyatakan penguatan rupiah ini terjadi di tengah situasi pasar keuangan global yang diwarnai optimisme atas prospek hasil negosiasi kesepakatan sengketa dagang AS dan China, serta perubahan sikap Chairman FOMC the Fed atas lintasan suku bunga AS ke depan.
"Tidak seperti sebelumnya yang tegas akan menaikkan suku bunga dua kali di 2019, paska jatuhnya harga saham di AS, kali ini the Fed menyiratkan akan lebih fleksibel dan akan menunggu perkembangan data ekonomi ke depan, serta siap melakukan perubahan dalam kebijakan suku bunga ke depan dan dan mulai melunak atas rencana proses penarikan likuiditas dari sistem keuangan," kata Nanang di Jakarta, Senin (7/1/2019).
Baca Juga
Advertisement
Sebagaimana diketahui, sebagai bagian dari proses normalisasi kebijakan moneter pasca krisis 2018, sejak Desember 2017 the Fed dalam proses melepaskan kembali surat surat berharga yang diterbitkan swasta, dibeli the Fed untuk mengtasi krisis keuangan 2008 - 2009.
"Artinya, tengah terjadi penarikan likuiditas dari sistem keuangan. Surat berharga milik swasta yang ada pada neraca the Fed sampai saat ini baru turun ke USD 3,86 triliun per Januari 2018, dari USD 4,2 triliun yang bertahan sejak Januari 2014. Bila penarikan lkuiditas dari sistem keuangan dilakukam terlalu cepat maka dapat menimbulkan keketatan dolar ASdi seluruh dunia," ujarnya.
Dia menjelaskan, meski kondisi ekonomi AS semakin solid, namun diperkirakan tidak akan tetap kuat menahan pelemahan ekonomi global bila ekonomi Eropa, Jepang, dan China semakin kehilangan tenaga.
"Memang data ekonomi AS terakhir masih menunjukkan kondisi yang solid. Data Change in Nonfarm Payrolls bulan Desember 2018 meningkat melebihi ekspektasi pasar ke level 312K (est. 184K) dari bulan sebelumnya yang direvisi naik ke level 176K (prior 155K) atau peningkatan ke level tertinggi dalam 10 bulan terakhir," ujarnya.
Namun, lanjutnya, sektor industrinya mulai melemah, terindikasi dari penurunan indek Purchasing Manager Index (PMI) dan ISM (Institute of Supply Management). Bahkan berbagai indikator manufaktur di Eropa dan China semakin menunjukkan kemerosotan sebagai indikasi perang dagang mulai menimbulkan efekk negatif.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perang Dagang
Sentimen positif dari kesepakatan perang dagang, perubahan sikap the Fed, dan berbagai perkembangan data ekonimi tersebut mendorong terjadinya pelemahan nilai tukar USD secara broadbase, penguatan index saham global dan kenaikan yield US Treasury.
"Bank Indonesia tetap memberikan ruang bagi Rupiah untuk menguat, dan mengawal penguatan tersebut termasuk dengan membuka lelang DNDF pada pkl 8.30 dan dilanjutkan dengan intervensi bilateral melalui 8 broker secara "firm"," jelasnya.
Dia juga menjelaskan meningkatnya aktivitas BI di pasar DNDF, selain untuk memastikan kurs offshore NDF terkendali, juga sebagai dukungan penun bagi berkembangnya pasar DNDF agar lebin likuid dan efisien.
Sudah terdapat 13 bank yang aktif di pasar intrbank DNDF, sejumlah investor asing bertransaksi untuk hedging investasi di saham, dan sejumlah korporasi termasuk satu BUMN sudah melakukan transaksi. Selain dalam dollar USD/IDR, transaksi DNDF nasabah juga sudah ada yang melakukan dalam YEN/IDR dan Euro/IDT.
"Bila transaksi DNDF ini terus berkembang dan banyak digunakan untuk hedging makan akan membantu men "smoothing" pembelian valas di dalam negeri, sehingga Rupiah bisa lebih stabil," tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement