Sisa-Sisa Keindahan Taman Nasional Ujung Kulon Usai Tsunami Selat Sunda

Sebelum terjangan tsunami Selat Sunda, masih terlihat jelas keindahan alam di semenanjung Ujung Kulon, habitat alami badak bercula satu.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 08 Jan 2019, 14:00 WIB
Taman Nasional Ujung Kulon. (Liputan6.com/ Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Ujung Kulon - Kecamatan Sumur, Pandeglang masuk ke dalam kawasan konservasi Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Di sana, banyak destinasi wisata yang kerap dikunjungi wisatawan baik domestik hingga mancanegara.

Sebut saja Pulau Oar dan Badul, yang terletak di perairan semenanjung Ujung Kulon. Untuk menuju ke sana, wisatawan bisa menggunakan perahu.

Di Pulau Badul, airnya jernih dan tenang sehingga wisatawan bisa snorkeling untuk berfoto dengan payung badak bercula satu di dasar laut yang dangkal, atau melihat binatang laut hidup bebas di alamnya.

Salah seorang pengurus Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ujung Kulon, Dandy, melalui perbincangan di aplikasi WhatsApp, bercerita kalau dia sempat mengajak 23 wisatawan domestik ke Pulau Peucang, pada Sabtu, 22 Desember 2018. 

Namun, karena masih ada waktu senggang, dia mengajak turis domestik untuk singgah ke Pulau Badul, sekaligus satu jalur menuju perjalanan pulang. Namun, wisatawan hanya diperbolehkan menikmati keindahan Pulau Badul dari atas perahu.

"Tujuan kita saat itu sebetulnya hanya Pulau Peucang dan eksplorasi sekitarannya saja, tidak ada agenda ke Pulau Badul," kata Dandy kepada Liputan6.com, Selasa (8/1/2019).

Dia bercerita kalau hari itu, beberapa jam sebelum tsunami meluluhlantakkan kampung dan lokasi wisata di tempatnya, masih terlihat jelas keindahan alam di semenanjung Ujung Kulon, habitat alami badak bercula satu dan satwa liar lainnya.

 


Ujung Kulon Bangkit

Pulau Badul di perairan semenanjung Ujung Kulon. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Matahari terbenam di ufuk barat, berpadu dengan kejernihan air laut, diakuinya sangat indah kala itu. Cuaca cerah dan tenangnya ombak laut.

"Terlihat di Pulau badul ada banyak orang yang berkemah, dan kita pun hanya bersapa lewat lambayan tangan, biar pun enggak kenal," ujarnya.

Sampailah dia di dermaga Sumur, sekitar pukul 18.30 WIB, Sabtu 22 Desember 2018. Dandy dan 23 wisawatan lainnya pun berkemas-kemas dan segera menuju lokasi penginapan.

Tak ada tanda apa pun malam itu, Ujung Kulon masih tampak indah dengan keasrian alamnya. Hanya dentuman Gunung Anak Krakatau (GAK) yang terdengar lebih nyaring malam itu, meski dianggap biasa oleh warga sekitar.

"Setelah itu tsunami datang dan menghancurkan semuanya. Rumah warga, kapal, tempat usaha, dan banyak korban tentunya. Termasuk yang kamping di Pulau Badul. Dari banyaknya orang di sana yang selamat hanya tiga orang," jelasnya.

Pulau Badul, yang dulu hijau dengan pepohanan, kini telah hilang, nyaris tak tersisa. Hanya terlihat tumpukkan pasir, akibat diterjang ganasnya gelombang tsunami yang diduga berasal dari runtuhan material Gunung Anak Krakatau.

Dandy bersama anak muda di kampungnya dan Pokdarwis Ujung Kulon, berusaha bangkit. Selain rumah tinggal mereka telah luluh lantak, ada beberapa anggota Pokdarwis yang menjadi korban.

Usai merapikan rumah tinggal dan membantu sesama korban tsunami Selat Sunda, dia bersama pemuda lainnya berjanji akan membangkitkan kembali wisata Ujung Kulon sekaligus melestarikan alamnya kembali.

"Terutama pemanfaatan destinasi yang mungkin sekarang sudah dibilang hancur, tapi akan menjadi destinasi bagus nantinya," dia berharap.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya