3 Fakta di Balik Gempa Sukabumi yang Dikuak PVMBG

PVMBG Kementerian ESDM melaporkan, gempa Sukabumi berasosiasi dengan aktivitas penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.

oleh Maria Flora diperbarui 09 Jan 2019, 11:12 WIB
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, saat gempa magnitudo 5,4 mengguncang Sukabumi, Selasa sore kemarin, kuatnya getaran juga dirasakan di sejumlah daerah.

Tak hanya di Bandung dan Jakarta, warga di Pangandaran, Lebak, Kabupaten Bandung dan Cianjur juga ikut merasakan kuatnya guncangan.

Belakangan oleh pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa berkekuatan Magnitudo 5,4 yang terjadi di Sukabumi telah dimutakhiran menjadi Magnitudo 5,0.

Dengan pusat gempa terletak pada koordinat 7,83 LS dan 106,44 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 93 kilometer arah selatan Kota Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kedalaman mencapai 50 kilometer di bawah laut.

Berdasarkan lokasi gempa, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM melaporkan, gempa bumi berasosiasi dengan aktivitas penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.

Berikut sejumlah fakta yang diungkap PVMBG terkait gempa magnitudo 5,0 yang mengguncang Sukabumi: 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


1. Dipengaruhi Tunjaman Lempeng Indo-Australia

Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Dalam keterangannya yang diterima Liputan6.com, Kepala PVMBG Kasbani menjelaskan pusat gempa bumi berada di Samudera Indonesia di sebelah selatan Pulau Jawa bagian barat.

Berdasarkan tatanan tektonik perairan selatan Jawa, gempa dipengaruhi oleh zona tunjaman lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia.

Zona tunjaman (subduction zones) adalah wilayah di mana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadi gempa tektoknik di laut maupun di daratan Pulau Jawa.

"Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi dan kedalamannya (65,7 km; USGS) yang berada pada jalur kegempaan (Zona Benioff), gempa bumi berasosiasi dengan aktivitas penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia," kata Kepala PVMBG Kasbani.


2. Pusat Gempa Disusun Batuan Sedimen

Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Batuan sedimen yang disusun di sekitar gempa berumur berumur Tersier dan batuan gunungapi berumur Terasier hingga Kuarter. 

Batuan tersier adalah batuan yang tersusun atas granit, kuarsit, batugamping, serpih, meta-sedimen, filit, sekis, andesit, dan basalt.

Batuan Tersier yang terlapukan serta batuan berumur muda pada umumnya bersifat urai dan dapat mengamplifikasi guncangan gempa bumi.


3. Tidak Menyebabkan Tsunami

Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Berdasarkan BMKG, guncangan gempa bumi yang dirasakan di Sukabumi dan Pelabuhan Ratu berkekuatan III MMI (Modified Mercalli Intensity).

Di Bandung sebesar II-III MMI, di Pangandaran, Lembang, Cibareno dan Lebak dengan intensitas II MMI.

Selain itu, gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami, karena meskipun berpusat di laut namun energinya tidak cukup kuat untuk menyebabkan deformasi di bawah laut. 

Terkait kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa, hingga kini belum ada informasi dari pihak terkait. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya