Liputan6.com, Jakarta - Facebook dikenal sebagai salah satu perusahaan teknologi yang memiliki budaya kerja menyenangkan. Namun dari laporan sejumlah mantan karyawan, kondisi kerja di perusahaan tersebut ternyata tidak semenyenangkan yang dibayangkan.
Dikutip dari CNBC, Rabu (9/1/2019), salah satu yang membuatnya tidak menyenangkan adalah para pekerja selalu diminta untuk tampil meyakinkan bahwa Facebook merupakan tempat kerja yang dicintai.
"Budaya sebenarnya (di Facebook) adalah tidak peduli buruknya kondisimu, kamu harus terlihat menyukai tempat ini. Hal itu tidak baik, ini bukan tempat kerja yang baik," tutur salah seorang karyawan yang mundur pada Oktober 2018.
Selain itu, setiap individu juga dipaksa untuk menjalin pertemanan dengan rekan-rekan dalam setiap kesempatan. Alasannya, Facebook memiliki sistem penilaian karyawan yang didasarkan pada ulasan rekan-rekan kerja tersebut.
Baca Juga
Advertisement
"Sistem ini mirip dengan kontes popularitas," ujar salah seorang manager yang keluar perusahaan pada 2017.
Nantinya, ulasan tersebut akan dikirimkan ke manager secara anonim dan biasanya tidak dapat ditentang lagi.
Lebih lanjut mantan karyawan tersebut mengungkap ulasan yang buruk tentang seseorang akan menghantui seluruh hari-harinya di Facebook. Tidak hanya itu, sejumlah karyawan yang tidak menghadiri kegiatan di luar kantor kadang juga mendapat ulasan buruk.
"Manager saya memberi ulasan buruk karena tidak menghadiri event pembentuk tim yang dilakukan di luar kantor, tapi saya tidak dapat datang karena memiliki masalah pribadi dan membutuhkan keseimbangan dalam kehidupan kerja," tutur salah satu karyawan.
Ironisnya, kehidupan kerja semacam itu kerap ditutupi dengan unggahan menarik yang dipampang di laman Facebook karyawan. Biasanya, para karyawan itu mengunggah mengenai dampak positif Facebook termasuk sejumlah proyek perusahaan.
"Itu merupakan bagian dari penilaian sekaligus menarik perhatian para manager. Jadi, banyak karyawan sangat memperhitungkan relasi yang dibangun di Facebook termasuk kerja sama yang dilakukannya," tutur karyawan yang pergi pada 2016.
Sering Bermasalah, Tingkat Optimisme Karyawan Facebook Anjlok
Sebelumnya, karyawan Facebook juga diketahui tak lagi sebahagia dulu. Hal ini berdasarkan sebuah survei internal terkait dengan sikap dan moral karyawan Facebook.
Dilaporkan oleh The Wall Street Journal, hasil survei menyebutkan optimisme karyawan Facebook anjlok dalam beberapa tahun terakhir.
Sebelumnya di tahun 2017, sebesar 84 persen karyawan mengatakan, mereka optimistis terhadap masa depan perusahaan. Namun kini, keyakinan tersebut menurun jadi 52 persen
Sementara, pada 2017, 72 persen karyawan menyebut Facebook membuat dunia jadi tempat yang lebih baik. Namun, berdasarkan survei terbaru, angka tersebut turun jadi 53 persen. Artinya, ada 47 persen karyawan berpikir kebalikannya.
Mengutip laman Business Insider, data ini berasal dari survei internal Facebook yang berjalan dua kali setahun. Hal ini memberikan gambaran baru mengenai bagaimana sikap dan tanggapan karyawan Facebook atas banyaknya skandal yang dihadapi.
Advertisement
Karyawan Facebook Pakai Ponsel Sekali Pakai untuk Bully Perusahaan
Selain itu, karyawan Facebook kabarnya sampai membeli ponsel sekali pakai (disposable). Informasi ini pertama kali dilaporkan oleh BuzzFeed News.
Dikutip dari Business Insider, karyawan Facebook menggunakan ponsel sekali pakai itu untuk menjelek-jelekkan perusahaan dengan sesama karyawan. Demikian menurut keterangan seorang mantan karyawan senior Facebook.
Disebutkan, ada ketakutan berkembang di antara karyawan yang merenungkan masa depan mereka di Facebook.
Sumber yang sama menyebutkan, skandal yang terjadi di Facebook telah menyebabkan suasana di internal Facebook menjadi tidak bersahabat dan memecah belah karyawan.
Pada satu sisi, ada kelompok karyawan yang setia pada pemimpin Facebook saat ini.
Namun, ada kelompok karyawan yang mempersiapkan "kehancuran perusahaan yang lebih besar," kata mantan karyawan yang tak diungkap namanya itu.
Eks karyawan senior Facebook ini membeberkan, "Timbul perasaan paranoia, dengan penggunaan smartphone sekali pakai sebagai gejala dari paranoia tersebut."
(Dam/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: