Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merevisi pernyataan Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengenai kerugian yang ditimbulkan akibat kemacetan yang terjadi di Jabodetabek mencapai Rp 65 triliun per tahun. Dia menyebut kerugian tersebut mencapai Rp 100 triliun.
"Angka itu dikoreksi oleh Pak Wakil Presiden, dan kami juga angkanya sama, yaitu Rp 100 triliun, bukan Rp 65 triliun lagi, lebih besar," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (9/1/2019).
Baca Juga
Advertisement
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengungkapkan kemacetan terjadi karena adanya pengaturan transportasi umum yang masih tersebar atau tidak terpusat. Hal tersebut, kata dia, merujuk pada pengalaman Jokowi ketika memimpin Jakarta.
Karena itu, Anies mengatakan dalam rapat terbatas menginginkan adanya satu pengaturan transportasi. Anies kemudian menambahkan pihaknya siap menjadi pengendali pengaturan tersebut.
"Kemarin arahnya akan memulai dengan penataan di dalam wilayah DKI. Kemudian baru nanti ke keluar dan arahnya menambah jangkauan kendaraan umum massal," ucapnya.
Klaim Jokowi
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut kerugian yang ditimbulkan akibat kemacetan yang terjadi di Jabodetabek mencapai Rp 65 triliun per tahun.
"Saya hanya membayangkan, hitungan Bappenas yang saya terima. Setiap tahun kita ini kehilangan kurang lebih Rp 65 triliun karena kemacetan pertahun di Jabodetabek," kata Jokowi Selasa (8/1/2019).
Angka kerugian itu, kata Presiden, jika dialokasikan sebagai modal pembangunan maka dapat digunakan untuk membangun moda transportasi alternatif di Jabodetabek.Terlebih jika kerugikan tersebut terakumulasi dalam waktu setidaknya lima tahun.
"Ini kalau kita jadikan barang, sudah jadi LRT, MRT. Dalam waktu lima tahun sudah jadi barang," katanya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement