4 Teror ke Komisioner dan Penyidik KPK

Tak pernah ada yang menduga, hari itu Rabu 9 Januari 2019, kediaman dua Pimpinan KPK diteror oleh orang tak dikenal pada waktu yang hampir bersamaan.

oleh Rita Ayuningtyas diperbarui 10 Jan 2019, 09:02 WIB
Wakil Ketua KPK Laode Syarief (kiri) dan Ketua KPK Agus Rahardjo bersiap memberi keterangan terkait Operasi Tangkap Tangan (OTT) Deputi Badan Keamanan Laut (Bakamla) Eko Susilo Hadi, di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (15/12). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Tak pernah ada yang menduga, hari itu Rabu 9 Januari 2019, kediaman dua Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diteror oleh orang tak dikenal pada waktu yang hampir bersamaan.

Spekulasi-spekulasi terkait teror inipun muncul. Mulai dari teror ini berawal dari kasus korupsi yang tengah ditangani KPK. Ada juga yang menyebut peneror tersebut berkaitan dengan kasus teror Novel Baswedan.

But, life must go on....

Pimpinan KPK dan jajarannya masih bekerja seperti biasa. Pemeriksaan tersangka dan saksi pada hari itupun tidak dibatalkan.

Wakil Ketua KPK Laode M Syarif mengatakan, pelemparan bom molotov di rumahnya merupakan risiko pekerjaan. Bom molotov dilempar dua orang yang mengggunakan sepeda motor.

"Enggak apa-apa, biasa itu bagian dari pekerjaan, tadi polisi sudah melakukan olah TKP, jadi kita tunggu saja ya hasilnya," kata Laode saat tiba di rumahnya, Kalibata, Jakarta Selatan pukul 20.00 WIB, Rabu 9 Januari 2019.

Menurut dia, Pimpinan KPK telah membicarakan teror ini dalam sebuah pertemuan. Mereka pun mewanti-wanti jajarannya agar lebih berhati-hati.

Namun, KPK tidak terlalu khawatir. Lembaga antiraruah itu menyerahkan soal keamanan Pimpinan KPK dan staf kepada kepolisian.

"Untuk mitigasi resiko, tentu saja prosesnya terus berjalan, dan ketika ada peristiwa atau ada kejadian maka KPK melakukan mitigasi resiko tersebut. Dan jika dibutuhkan akan melakukan penguatan aspek keamanan," ujar Juru Bicara KPK Febri Diansyah di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu 9 Januari 2019.

Teror itu sendiri bukan pertama kalinya terjadi. Berikut ini, teror-teror yang dialami Pimpinan dan Penyidik KPK dalam catatan Liputan6.com:

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


1. Teror ke Novel Baswedan

Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan saat tiba di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (27/7). Menurut Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi Purnomo, kembalinya Novel merupakan energi tambahan bagi KPK. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Selasa 11 April 2017, lepas subuh, Novel yang sedang berjalan kaki sendirian dari masjid di kompleks rumahnya, menjadi target penyerangan. Dua orang yang berboncengan sepeda motor menyiramkan air keras ke wajahnya. Cairan asam pekat tersebut mengenai bagian mata. 

Sakitnya bukan kepalang. Menurut Novel, rasanya seperti bola mata dicabut paksa dari akarnya. Operasi demi operasi dijalani hingga ke Singapura. Namun, baru mata kanannya yang pulih. 

Peristiwa itu membekas dalam diri Novel Baswedan, secara fisik juga psikis.

Apa yang dialami Novel Baswedan ini juga membuka mata banyak orang, tentang risiko yang dihadapi para penyelidik KPK

Namun, hingga kini, kasus tersebut belum juga terungkap. Puluhan saksi sudah diperiksa dan nomor hotline center sudah disebar untuk membuat kasus ini terang. Hasilnya, nihil.

Komjen Ari Dono Sukmanto yang saat itu masih menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri mengungkapkan, penyerangan terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan masuk dalam kategori hit and run. Kasus semacam ini, kata dia, sulit untuk diungkap.

"Jadi itulah yang saya sampaikan, kalau model kasus-kasus hit and run ini memang relatif sulit," kata Ari di Bareskrim Polri, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu 2 November 2017.

Bahkan, menurut Ari, kasus semacam ini baru bisa terungkap setelah bertahun-tahun diselidiki. Artinya, butuh waktu lama untuk mengungkapnya.

"Ada yang sudah empat tahun baru ketangkap dia pelakunya," ucap Ari.


2. Teror di Rumah Ketua KPK

Rumah Ketua KPK Agus Rahardjo mendapat teror benda mirip bom (Liputan6.com/ Muhammad Radityo Priyasmoro)

Sebuah benda mirip bom ditemukan di pagar rumah Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo di Bekasi, Jawa Barat. Benda itu terdiri dari beberapa kabel, pipa, paku, detonator, baterai, dan serbuk itu sebagai bom rakitan atau fake bomb (bom palsu).

"Masih dianalisis oleh Labfor. Ditemukan tas hitam di dalamnya ada benda, tapi apakah itu jenis bom atau tidak masih dianalisa. Apa itu fake bomb masih didalami. Jadi tidak terburu-buru," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu 9 Januari 2019 kemarin.

Dedi kemudian menyontohkan bom palsu yang ditemukan di dekat Mapolres Cilacap, Jawa Tengah beberapa waktu lalu. Paket mencurigakan yang dihancurkan tim Gegana Polda Jawa Tengah kala itu berisi pipa paralon, potongan paku, baterai, jam beker, potongan kabel, dan serbuk semacam pasir dicampur arang.

"Kalau dilihat semacam black powder ternyata bukan. Setelah dibuka tidak ada detonator sebagai pemicu. Dihubungkan dengan timer nggak nyambung ke kabel. Tapi kalau ini (benda di rumah Ketua KPK Agus Rahardjo) masih didalami oleh Labfor (laboratorium forensik)," tuturnya.

Meski begitu, ia tidak menampik bahwa peristiwa yang terjadi di kediaman Ketua Lembaga Antirasuah sebagai bentuk teror. "Patut diduga bom. Patut diduga juga teror," ucap Dedi.


3. Teror di Rumah Laode M Syarif

Pewarta melihat-lihat kondisi rumah Wakil Ketua KPK, La Ode Muhammad Syarif di kawasan Kalibata, Jakarta, Rabu (9/1). Sebelumnya, terjadi lemparan molotov di rumah Wakil Ketua KPK, La Ode Muhammad Syarif. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sebuah botol berisi spirtus dengan sumbu, mirip bom molotov, ditemukan di depan garasi sebuah rumah di Jalan Kalibata Selatan No 42C, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan. Jam masih menunjukkan pukul 05.30 WIB, hari itu, Rabu 9 Januari 2019.

Rumah tersebut merupakan kediaman Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode Muhamad Syarif.

Setelah dicek melalui CCTV, rupanya, sekitar pukul 01.00 WIB, ada dua orang mencurigakan beraktivitas di depan rumah Laode Syarif.

Laode mengaku tak tahu kejadian ini berhubungan dengan kasus yang tengah ditangani KPK atau tidak. Dia mengatakan, hal tersebut merupakan risiko dari sebuah pekerjaan.

"Biasa lah itu kerja di KPK , saya santai aja. Iya ada pengamanan dari Polri ya yang mengamati rumah, insyaallah oke, aman. (Kaitan dengan kasus yang tengah ditangani KPK?) Kami juga enggak tahu ya," kata Laode saat ditemui di kedamaian di Jalan Kalibata Selatan No 42C, Jakarta Selatan, Rabu 9 Januari 2019.


4. Teror ke Penyidik Apip Julian Miftah

Ilustrasi Korupsi (iStockPhoto)

Penyidik KPK Kompol Apip Julian Miftah juga pernah diteror. Saat itu, sebuah kotak yang diduga bom ditemukan di depan rumah Apip, Minggu 5 Juni 2015 malam.

Rumah yang beralamat di Jalan Anggrek, Blok A Nomor 160, Perumahan Mediterania Regency, Kelurahan Cikunir, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi itu diteror oleh orang tidak dikenal dengan cara menyimpan kotak yang isinya lilitan dibungkus lakban di depan pagar rumah Apip, sekitar pukul 23.00 WIB.

Kepala Polresta Bekasi Kota AKBP Asep Edi Suheri memastikan bahwa kotak tersebut bukan alat peledak bom. Dari hasil pengecekan Tim Gegana diketahui bahwa isi kotak hanya styrofoam yang dililit kabel dan tidak memiliki daya ledak apa pun.

"Kepastian itu setelah Tim Gegana melakukan pengecekan benda diduga bom di lokasi kejadian," kata Asep Edi Suheri kepada wartawan di Bekasi, kala itu.

Asep mengatakan, kejadian itu murni ulah dari pihak yang tidak bertanggung jawab, dan hanya ingin membuat korbannya khawatir dengan aksi teror yang dilakukan.

Namun, bukan kali ini saja Apip mendapatkan teror. Sebelumnya dia juga pernah diteror dengan cara yang berbeda-beda dalam sepekan ini. Teror pertama pelemparan telur busuk dan pengempesan ban menggunakan benda tajam, penyiraman air keras ke mobil, dan terakhir ancaman bom yang diletakkan di gerbang rumah korban.

Wadah Pegawai (WP) KPK Yudi Purnomo, penyidik KPK lainnya bernama Apip Julian Miftah juga mengalami hal yang sama.

"Ada beberapa korelasi yang kami tangkap. Pertama pelakunya sama, dua orang yang menaiki motor, tapi wajahnya ditutupi. Punya korelasi yang sama dengan pelakunya Bang Novel. Kemudian mobil Bang Apip pakai air keras, Bang Novel juga," ujar Yudi di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu 9 Januari 2019.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya