Liputan6.com, Sisilia - Pada 11 Januari 1693, gempa dahsyat menghantam Pulau Sisilia di selatan Italia. Area seluas lebih dari 5.600 kilometer --mencakup 45 kota-- sangat terdampak olehnya, di mana konsentrasi kerusakan tertinggi terjadi di wilayah tenggara.
Sebanyak lebih dari 60.000 orang dilaporkan tewas, terutama di Kota Catania, di mana 2/3 populasinya kehilangan nyawa, demikian Today in History sebagaimana dikutip dari situs web World History Project pada Kamis (10/1/2019).
Bencana gempa Sisilia tercatat sebagai salah satu yang terbesar melanda Italia, sebelum gempa maut di Kota Messina pada 1908 silam.
Baca Juga
Advertisement
Gempa mengerikan pada 1693 ini bermula sekitar pukul 05.00 pagi waktu setempat di Selat Messina, dengan kekuatan yang tercatat mencapai magnitudo 7,4. Bencana tektonik itu mendorong terjadinya longsor bawah laut, di mana kemudian menyebabkan gelombang tsunami setinggi 40 kaki (setara 12,1 meter), yang menghancurkan kota-kota pantai di Sisilia, sebagian pesisir Italia selatan, dan bahkan menyapu beberapa kepulauan di perairan Mediterania.
Hantaman gempa --dan juga tsunami-- benar-benar menghancurkan banyak bangunan di Pulau Sisilia dan Malta, sehingga mendorong para penyintas memikirkan cara membangun kembali kehidupan mereka dengan lebih baik, termasuk pada arsitekturnya.
Meski masih terus diteliti, seperti dikutip dari Arcgis.com, banyak arkeolog dan sejarawan meyakini bahwa gaya arsitektur Barok tercipta akibat pengaruh Gempa Sisilia. Ini merupakan desain yang menghadirkan begitu banyak kolom, baik bentuk gelombang atau lubang, yang berfungsi sebagai penghantar ergonomis di kala guncangan gempa melanda.
Simak video pilihan berikut:
Sarang Aktivitas Seismik
Terlepas dari statusnya sebagai wilayah Italia yang pernah dilanda gempa terdahsyat, Pulau Sisilia telah lama menjadi sarang aktivitas seismik.
Lokasi pulau ini dekat dengan pertemuan lempeng tektonik Afrika dan Eropa, yang menjadikan kerap diguncang oleh gempa tektonik.
Peristiwa seismik berkala membuat penduduk setempat memberikan julukan pada Sisilia dan Calabria --dua pulau besar yang berdekatan-- sebagai 'la terra ballerina', yang diterjemahkan menjadi "tanah menari".
Gempa dahsyat kembali melanda Sisilia pada 1783, yang menewaskan 30.000-an orang. Bencana alam tersebut menandai dimulainya periode gempa 125 tahun sekali, di mana sebagian besar terjadi sesuai perkiraan, meski tidak semuanya di Sisilia.
Meski demikian, setelah 1783, tidak ada gempa periodik yang terbukti sangat mematikan, dan populasi Sisilia meningkat menjadi sekitar 3,8 juta orang pada 1900. Sebanyak 150.000 di antaranya bahkan tinggal di Messina, kota yang paling dekat dengan pusat gempa maut pada tahun 1908.
Gempa itu terjadi pada 27 Desember 1908, tepatnya pada malam hari pagelaran opera Aida berlangsung, di mana tercatat berkekuatan magnitud 7,1 selaam 35 detik.
Sebanyak hampir 100.000 orang dilaporkan tewas dalam gempa dahsyat itu, di mana sebagian besar karena tertimpa bangunan runtuh.
Bencana tidak berhenti di situ, menjelang matahari terbit di keesokan harinya, gempa susulan berkekuatan kecil memicu longsor bawah laut, yang kemudian mendorong terciptanya gelombang tsunami setinggi dua meter.
Petugas dan warga yang masih berjibaku melakukan evakuasi tidak menyadari akan hal itu, dan seketika terdorong oleh gelombang tsunami, menyebabkan jumlah korban jiwa bertambah.
Pada tanggal yang sama, terjadi pula beberapa sejarah besar dunia, seperti di antaranya catatan pertama tentang praktik lotere pada 1569 di Katedral St Paul, London. Lalu, pada 1838, dunia menyaksikan untuk pertama kalinya teknologi telegraf, yang dikenalkan oleh Samuel Morse dan Alfred Vail di New Jersey, AS.
Tanggal 11 Januari, tepatnya pada 1935, Amelia Earhart mencatatkan rekor bersejarah sebagai wanita pertama yang berhasil terbang solo dari Honolulu, Hawaii, ke Kota Oakland, California.
Advertisement