Liputan6.com, Beijing - Menurut sebuah laporan baru, China dikabarkan kembali mengembangkan senjata bertenaga elektromagnetik atau railgun yang dipasang pada salah satu kapal perang mereka.
Sebuah kapal angkatan laut China bernama Haiyangshan, dilaporkan membawa apa yang terlihat seperti railgun di haluan, yang tampaknya menjadi yang pertama ditempatkan di kapal perang oleh negara mana pun, demikian seperti dikutip dari Popular Mechanics, Kamis (10/1/2019).
Haiyangshan, kapal kelas Yuting-I yang merupakan pembawa dan pendarat tank, muncul kembali di media sosial pada 29 Desember 2018. Lokasinya tidak diketahui, tetapi diyakini berada di laut lepas, meskipun latar belakang yang sangat mendung membuatnya mustahil untuk melakukan geolokasi kapal.
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya, foto-foto viral kapal yang dijuluki "Monster Sungai Yangtze" pertama kali muncul pada akhir Januari 2018. Foto-foto itu memperlihatkan Haiyangshan dengan menara meriam besar di haluan, dengan sisa kapal menutupi kontainer pengiriman, terpal, dan peralatan lainnya.
Kapal sepanjang 118 meter itu adalah kapal pendarat tank yang lebih tua, yang dirancang untuk berjalan di garis pantai musuh dan mencurahkan 10 tank atau 500 ton kargo.
Tidak seperti senjata konvensional yang menggunakan energi kimia (bubuk mesiu) untuk memaksa proyektil keluar dari laras dan menuju sasaran, railgun bergantung pada prinsip elektromagnetisme.
Senjata-senjata ini menggunakan listrik untuk menghasilkan medan elektromagnetik yang sangat kuat di antara dua rel (rail) yang membentuk laras meriam.
Perangkat logam konduktif, yang disebut armature, mengambil proyektil dan mempercepat jalur di antara rel, mengirimkan proyektil yang mendesing dan melesat lebih cepat dari kecepatan suara.
Railgun dapat mempercepat proyektil ke kecepatan yang jauh lebih cepat daripada meriam tradisional, dan ke jarak lebih dari ratusan km.
Menguji railgun pada kapal pendarat tank Haiyangshan sangat masuk akal. Untuk satu hal, Haiyangshan adalah kapal yang sudah usang, jadi China bisa menggunakannya sebagai alat uji coba.
Kedua, lambung kargo Haiyangshan yang panjang, rata, dan terbuka membuat lokasi yang sangat baik bagi rumah generator listrik yang memberi daya pada railgun. Ini juga menangkal berat railgun yang dipasang di haluan.
Pada Juni 2018, CNBC melaporkan dengan mengutip laporan intelijen rahasia yang memperkirakan railgun China akan "siap perang" pada tahun 2025." Railgun China mampu menyerang target 200 km jauhnya dengan kecepatan hingga 2,5 km/detik," menurut laporan itu.
"Sebagai konteks, jika senjata itu ditembakkan dari Washington DC, proyektil yang dimuntahkan railgun mampu mencapai Philadelphia dalam kurang waktu kurang dari 90 detik," CNBC melaporkan. Washington DC ke Philadelphia berjarak sekitar 223 km.
Satu proyektil railgun berharga sekitar antara US$ 25.000 - US$ 50.000.
Terlepas dari pernyataan tersebut, masih belum jelas seberapa jauh China mungkin akan mengimplentasikan nyata teknologi railgun mereka.
Simak video pilihan berikut:
Senjata Railgun Amerika Serikat
Di sisi lain, Angkatan Laut Amerika Serikat juga telah menguji coba railgun di Dahlgren, Virginia, selama bertahun-tahun. Menurut USNI News, senjata itu berupa laras panjang, menembakkan proyektil berenergi 32 megajoule, dan mampun menembakkan sepuluh proyektil per menit.
Namun, masalah pembangkit listrik, belum mumpuninya peralatan elektronik yang ada, dan laras railgun yang cepat aus merupakan masalah yang terus-menerus terjadi. Angkatan Laut AS mendorong agar railgun siap tempur di darat sebelum memasangnya di kapal laut.
Menurut majalah militer Task and Purpose, Amerika Serikat telah menganggarkan US$ 20 juta dalam anggaran pertahanan 2019 untuk railgun.
Setelah dikembangkan, railgun dapat dengan cepat di pasang di tiga kapal bersenjata rudal penjelajah kelas-Zumwalt.
Tiga kapal, Zumwalt, Monsoor, dan Johnson masing-masing dapat menghasilkan 78 megawatt listrik untuk menyalakan senjata energi yang diarahkan, termasuk railguns. Railgun akan menggantikan dua senjata Advanced Gun System 155 milimeter yang dibuat Angkatan Laut tetapi tidak pernah membeli amunisinya satupun.
Advertisement