Liputan6.com, Garut - Wasit Nurul Safarid, asal Garut, Jawa Barat, yang dicokok satgas antimafia bola beberapa waktu lalu, tadinya bakal memimpin pertandingan final kejuaraan futsal Gubernur Cup ke V di SMKN 1 Garut, Jawa Barat, tetapi akhirnya batal.
"Sejak pertandingan penyisihan memang dia sudah memimpin pertandingan," ujar ketua pelaksana sekaligus Kepala SMKN 1 Garut, Dadang Djohan Arifin, seusai pertandingan, Kamis, 10 Januari 2019.
Menurut Dadang, selama memimpin jalannya pertandingan di babak penyisihan kejuaraan futsal antarpelajar se Jawa Barat, tidak ada keganjilan dan hal aneh yang dilakukan wasit Nurul. "Karena kami pun komitmen kalau ada yang tidak beres kami keluarkan saat itu juga," ujar dia.
Baca Juga
Advertisement
Selama kejuaraan berlangsung, Ia selalu mengingatkan pentingnya wasit yang netral dan tegas, sehingga tidak merugikan salah satu kubu yang tengah bermain. "Kalau ada komisi wasit nonton pun kami tolak," ujarnya.
Ihwal rencana menggunakan jasa Nurul saat pertandingan final, Dadang memang tidak mengelak, dan biasanya pertandingan puncak kerap menggunakan jasa wasit nasional. "Minimal bukan yang sehari-hari di sana," kata dia.
Jadi Agenda Tahunan Provinsi
Dadang menambahkan, seiring kesuksesan penyelanggaraan pertandingan futsal SMK-SMA se-Jawa Barat itu, rencananya kegiatan itu bakal dijadikan agenda tahunan provinsi Jawa Barat, untuk menggali potensi atlet dari daerah, khususnya kalangan pelajar.
"Insya Allah Pak Gubernur sudah komitmen ke depannya akan menyempatkan datang langsung ke sini," ujar dia.
Sejak pertama kali digelar lima tahun lalu, jumlah konsestan pertandingan terus menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, jika awalnya hanya diikuti sekitar 30 tim SMK-SMA.
Namun, kali ini sudah mencapai dua kali lipat lebih dari peserta semula kejuaraan bergengsi pelajar SMK-SMA itu digelar. "Dari lima kali kejuaraan kami juara kedua kali, selebihnya dari luar ada dari Tasik, Banjar dan lainnya," ungkap Dadang.
Dalam pertandingan final kejuaraan futsal antar SMK-SMA sederajat wilayah XI Jawa Barat siang tadi, tuan rumah SMK 1 Garut akhirnya keluar sebagai juara, setelah mengalahkan SMA 3 Garut dengan skor 3-1. Mereka tercatat sudah dua kali menjadi kampiun dalam kejuaraan itu.
Dukung Gebrakan Satgas Antimafia Bola
Dadang menambahkan, tertangkapnya wasit Nurul saat memimpin pertandingan liga 3 Indonesia, memang harus menjadi pemacu satgas antimafia bola untuk mengurai benang kusut sepak bola tanah air ke depan. "Saya bersyukur telah tertangkap," ujar dia.
Menurutnya, pola dan peta persepakbolaan nasional harus berlangsung sehat dan sportif tanpa campur tangan mafia pengatur pertandingan yang menyebabkan dalam setiap pertandingan, pemenangnya sudah bisa ditebak sebelum pertandingan usai. "Sepertinya liga 1 juga ada yang seperti itu (mengatur pertandingan)," kata dia.
Pengurus Persigar Garut itu mengaku sedih dengan praktik kotor persepakbolaan nasional saat ini, terlebih timnya saat melangsungkan pertandingan liga 3 tahun lalu, merasakan betul skenario pertandingan, untuk memperebutkan posisi promosi ke liga 2 Indonesia.
"Masa pemain kami dikartu merah tiga orang, terus injury time awalnya hanya tiga menit jadi 12 menit, kan aneh sekali," ungkap dia.
Untuk itu, Dadang mendukung penuh gebrakan yang tengah dilakukan satgas antimafia bola, dalam memberatas praktik kotor sepak bola nasional. "Biar sepak bola kita maju ke pentas kejuaraan dunia," harap dia menutup pembicaraan.
Seperti diketahui, wasit Nuril ditangkap satgas antimafia bola di Garut. Ia diduga menerima suap hingga Rp 45 juta, untuk mengubah jalannya pertandingan Liga 3 Indonesia, antara Persibara Banjarnegara vs Persekabpas Pasuruan.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement