Liputan6.com, Palembang - N, warga Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan (Sumsel), tertunduk sedih di depan pintu Instalasi Forensik Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Palembang. Dia tak menyangka anak sulungnya, EN (16), ditemukan tak bernyawa di perairan Sungai Musi.
Tubuh EN yang merupakan siswi salah satu SMA Negeri di Palembang ini ditemukan mengambang di dekat Dermaga PT Pusri Palembang pada Kamis, 10 Januari 2019 pagi.
Penemuan jenazah gadis yang masih duduk di kelas 10 IIS 4 ini mengakhiri pencarian keluarga yang sudah beberapa hari kehilangan salah seorang anggota keluarganya.
Dari informasi yang dihimpun, usai pulang sekolah pada hari Senin, 7 Januari 2019, EN pulang ke kontrakannya di Jalan Srijaya Negara Lorong Hasan AS, Kecamatan Ilir Barat 1 Palembang.
Baca Juga
Advertisement
Namun pada sore hari, EN yang masih menggunakan seragam sekolah dan jilbab itu langsung keluar rumah dan tidak pernah kembali lagi. Diduga EN nekat terjun dari Jembatan Ampera ke Sungai Musi untuk mengakhiri hidupnya.
Menurut Mauladi (55), pemilik kontrakan, EN sempat meminta tolong salah satu tetangga untuk mengantarkannya ke depan lorong. Korban lalu memesan ojek online dan minta diantarkan ke Jembatan Ampera pada Senin sore.
"Keluar dari kontrakan sekitar pukul 17.00 WIB. Dia minta diantar ke Jembatan Ampera. Masih pakai seragam sekolah dan kerudung," ujarnya kepada Liputan6.com.
Mauladi tidak mengetahui apa yang menyebabkan EN mengakhiri hidupnya dengan terjun ke Sungai Musi. Padahal, setiap hari, EN beraktivitas seperti biasanya dan tidak menunjukkan gelagat aneh.
EN baru sekitar enam bulan menempati kamar kontrakannya. Keluarga korban merupakan kerabat dekat Mauladi, sehingga EN dititipkan ke rumahnya.
Usai mengetahui EN tidak pulang ke rumah, Mauladi diberitahu oleh tetangganya bahwa EN sempat menitipkan beberapa surat.
"Ada beberapa lembar surat yang ditulis tangan EN untuk keluarganya. Dia menitipkan ke tetangga saya agar diberikan ke orangtua EN," kata warga Palembang ini.
Surat Terakhir
Pada Senin malam, Mauladi langsung mengambil surat tersebut. Dia sempat membaca isi surat itu. Namun, karena isi surat tersebut menggunakan bahasa daerah, Mauladi tidak terlalu mengerti apa maksud pesan EN itu.
"Suratnya pakai bahasa Komering, saya tidak paham. Yang saya tahu di pesan itu ditulisnya 'aku tidak betah lagi'. Itu saja yang saya tahu," ungkapnya.
Erika, guru EN, mengungkapkan dalam kesehariannya di sekolah, EN belajar dan berinteraksi normal seperti pelajar lainnya.
"Masuk sekolah pagi dan pulang siang. Tidak ada kejanggalan apa pun, apalagi di hari terakhir. Kami satu sekolah juga kaget jadinya seperti ini," katanya.
Usai melihat jenazah EN di dalam ruang Instalasi Forensik, Erika langsung keluar dengan tangisan yang tak terbendung.
F, paman korban, mengungkapkan orangtua EN baru datang ke Palembang pada Rabu malam untuk mencari tahu keberadaan anaknya.
"Baru saja datang malam, pagi ini sudah dikabari ditemukan jenazahnya. Rencananya jenazah EN akan dibawa ke Desa Muara Dua OKU Selatan dan dimakamkan di sana," ungkapnya.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement