Detik-Detik Kerusuhan di Rutan Solo antara Kelompok Laskar Islam dengan Napi

Selang beberapa waktu usai kerusuhan, sekitar 150 orang Laskar Islam mendatangi Rutan Solo meminta Iwan Walet, salah seorang narapidana kasus penganiayaan, dikeluarkan.

Oleh SoloPos.com diperbarui 11 Jan 2019, 10:24 WIB
Sejumlah petugas polisi tampak berjaga di depan gerbang Rutan Solo pasca keributan.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Solo - Kerusuhan yang terjadi antara pembesuk dan sejumlah tahanan kelompok Laskar Islam dengan sekelompok narapidana (napi) kriminal (Blok C1) di Rumah Tahanan (Rutan) kelas IA Solo, Kamis (10/1/2018), diawali saling lihat dan saling ejek. Saat itu, teriakan pembesuk dibalas dengan ejekan dari para napi lain.

Informasi yang diterima Solopos.com, kericuhan bermula saat jam besuk tahanan, ketika sekitar 20 orang laskar tiba ke Rutan Solo untuk membesuk tahanan dari kelompok laskar. Para pembesuk dari kelompok laskar itu dibagi per kelompok lima orang dengan waktu sekitar 20 menit untuk menemui tahanan laskar di Aula Rutan.

Saat kelompok I kunjungan berjalan dengan aman. Saat kloter kedua dan pembesuk kelompok laskar hendak pulang, mereka meneriakkan takbir. Teriakan takbir dari kelompok laskar dibalas suara "guk-guk" dari tahanan Blok C1 yang berisi napi kriminal.

Kedua kelompok ini sebelumnya pernah terlibat cekcok. Para pembesuk laskar emosi yang selanjutnya mendatangi para napi di Blok C1 yang lantas dilempari batu oleh mereka. Pembesuk dari kelompok laskar membalas lemparan tersebut hingga terjadi aksi saling lempar batu.

"Mereka saling lihat, saling pandang karena cekcok sebelumnya kerusuhan pernah terjadi antarkelompok yang sama pada Sabtu (29/12/2018) lalu. Sebelumnya sudah terkondisikan, namun Kamis ini kembali terulang. Pembesuk kelompok laskar sempat menarik baju salah satu warga binaan dari kelompok napi kriminal hingga terjatuh. Penghuni lain spontan membela," jelas Kepala Rutan IA Solo, Muhammad Ulin Nuha, kepada wartawan, Kamis, 10 Januari 2019.

 

Baca berita menarik lainnya dari Solopos.com


Nama Iwan Walet Mencuat

Sekelompok massa mencob merangsek barikade polisi yang berjaga di depan Rutan Solo, Kamis (10/1).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Melihat kejadian tersebut, pembesuk dari kelompok laskar langsung dibawa keluar oleh pihak pengamanan rutan, sedangkan tahanan dari kelompok laskar juga dipindahkan ke Ruang Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan.

Sementara, dari pihak napi kriminal berusaha merangsek hingga menjebol pintu Blok C1 dengan Blok B. Merespons kejadian itu, satu kesatuan setingkat peleton (SSP) Dalmas Polresta Solo tiba di rutan untuk menetralkan keadaan.

Selang beberapa waktu kemudian, sekitar 150 orang Laskar Islam mendatangi rutan meminta Iwan Walet dikeluarkan. Setelah sekitar 30 menit menyemut di depan rutan, mereka membubarkan diri satu per satu. Iwan Walet atau Koes Setiawan Danang Mawardi merupakan napi kasus penganiayaan.

Wakapolresta Solo, AKBP Andy Rifai, mengatakan keributan yang terjadi antar tahanan dan napi hanya kesalahpahaman. Lima tahanan dari kelompok laskar dipindahkan menggunakan mobil barracuda, begitu pula Iwan Wallet. Sisanya dibawa memakai mobil tahanan.

Pascakerusuhan, Wakapolda Jawa Tengah, Brigjen (Pol) Ahmad Lutfi, mengunjungi rutan. Dia memastikan situasi bisa dikendalikan.


Kronologi Versi Laskar Islam

Sejumlah petugas polisi melakukan patroli di depan Rutan Solo, Kamis (10/1).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) menjelaskan kronologi peristiwa yang memicu bentrokan antarnapi di Rumah Tahanan (Rutan) Klas 1A Solo, Kamis (10/1/2019). Menurut versi LUIS, kejadian diawali cerita salah satu napi bernama Ikhsan yang menunjuk napi lain yang diduga pernah memukulnya.

Hal itu diceritakan oleh Humas LUIS, Indro Sudarsono, saat mengunjungi Rutan Solo usai terjadinya bentrokan. Menurutnya, saat itu ada 30 orang yang membesuk Ikhsan di Rutan. Seusai bertemu sebagian pembesuk itu, Ikhsan menunjuk orang yang menurutnya pernah memukulnya.

"Dalam rangka besuk, sekitar 30-an (orang), besuk. Tapi ada perkara dengan yang dibesuk. Kemudian menyampaikan itu adalah pelakunya, terus kemudian terjadi keributan," kata Indro kepada wartawan.

Saat itu, kata Indro, Ikhsan menunjukkan orang yang dimaksud. Hal itu yang kemudian diikuti cekcok dan aksi saling lempar.

"Info yang kita terima, teman-teman besuk korban Ikhsan, yang FPI itu. Kemudian dia menunjukkan (ke napi lain) 'dia pelaku yang dulu memukuli saya'. Kemudian ada cekcok itu dan ada lempar-lemparan itu. Sama lawannya si Ikhsan itu tadi," lanjut Indro.

Namun, Indro tidak menyebutkan nama napi/tahanan lain yang dianggap pernah memukul Ikhsan beberapa waktu lalu. Indro hanya menjelaskan kasus pemukulan Ikhsan tersebut terjadi di Purwosari.

"Yang (kericuhan di) Purwosari, bukan Solo Baru," katanya.

 


Napi Dipindahkan

Kerusuhan antara napi/tahanan dan pembesuk di Rutan Solo itu mengakibatkan satu orang napi terluka di kepala. Belum diketahui identitas napi yang terluka.

Napi yang terluka itu merupakan salah satu dari total 12 napi/tahanan yang dipindah ke rutan atau lembaga pemasyarakatan (LP) lain sebagai buntut dari kerusuhan di dalam rutan tersebut, Kamis pagi.

Para napi itu dipindah dalam tiga kelompok. Pertama terdiri atas Ikhsan, Tedi, Komari, Angger, dan Rohmat diangkut dengan satu barracuda. Kemudian ada Iwan Walet, seorang diri dalam satu barracuda.

Sedangkan enam orang yang lain dipindah menggunakan mobil tahanan. Enam napi yang terakhir ini dipindah setengah jam setelah pemindahan enam napi sebelumnya.

Kepala Rutan Solo, Muhammad Ulin Nuha, menyebut total warga binaan yang dipindahkan pada Kamis berjumlah 12 orang. Ia tidak memerinci lokasi pemindahan ke-12 napi tersebut.

"Alhamdulillah. Kondisi di dalam sudah kondusif. Hanya kesalahpahaman antarwarga binaan. Polres sudah memindahkan (napi) ke beberapa tempat," kata dia.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya