Liputan6.com, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo menyatakan, neraca perdagangan Indonesia masih akan mengalami defisit sepanjang 2018.
Meski demikian, dia memperkirakan defisit yang terjadi akan lebih kecil dibandingkan November lalu sebesar USD 2,05 miliar.
"Neraca perdagangan kita tunggu saja, Kalau masih defisit, defisit. Tapi yang penting trennya yang menurun ya," kata Dody saat ditemui di Kompleks Masjid BI, Jakarta, Jumat (11/1/2019).
Baca Juga
Advertisement
Dody mengatakan, sepanjang 2018 tekanan dari sisi impor masih cukup tinggi. Jadi tidak menutup kemungkinan neraca perdagangan Indonesia 2018 akan kembali mengalami defisit.
"(Kita lihat) penyebabnya apakah kenaikan yang tajam dari ekspor atau kenaikan yang tajam dari impor tentunya tren kita lihat dan kita melihat juga impor barang modal yang terkait investasi mendorong impor tinggi, tapi trennya ke arah penurunan," kata dia.
Pada 2017, neraca perdagangan Indonesia surplus USD 11,84 miliar. Total ekspor tercatat USD 168,728 miliar dan impor USD 156,893 miliar.
Pada Desember 2017, neraca perdagangan tercatat alami defisit USD 270 juta dengan ekspor USD 14,8 miliar dan impor USD 15,06 miliar.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Kata BPS
Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar USD 2,05 miliar pada November 2018. Dengan demikian sejak awal tahun hingga November, Indonesia defisit sebesar 7,52 miliar.
"Neraca perdagangan November mengalami defisit cukup dalam sebesar USD 2,05 miliar," ujar Kepala BPS, Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta.
Defisit neraca perdagangan pada November disumbang oleh impor sebesar USD 16,88 miliar. Angka ini turun sekitar 4,4 persen jika dibandingkan dengan impor pada bulan sebelumnya.
"Impor bulan lalu disumbang oleh migas sebesar USD 2,84 miliar dan non migas USD 14,04 miliar. Meski demikian, impor migas turun 2,8 persen juga non migas turun 4,8 persen," tutur dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement