Menyusuri Jejak Lokasi Prostitusi Populer Sejak Zaman Belanda

Di masa lalu, lokalisasi banyak dikunjungi pria-pria Belanda. Biasanya mereka datang untuk melepas penat karena jauh dari keluarga atau pun kekasih.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 12 Jan 2019, 12:03 WIB
Ilustrasi prostitusi

Liputan6.com, Surabaya - Tempat prostitusi banyak berdiri dengan latar belakang kebutuhan ekonomi serta dorongan sosial masyarakat yang menjadi alasan adanya layanan prostitusi ini.

Di masa lalu, lokalisasi banyak dikunjungi pria-pria Belanda. Biasanya mereka datang untuk melepas penat karena jauh dari keluarga atau pun kekasih.

Akhirnya, bisnis ini terus berkembang karena adanya 'kebutuhan' bagi sekelompok orang. Bahkan saat Belanda sudah pergi hingga berganti Jepang pun, keberadaan prostitusi ini masih tumbuh subur.

Dan inilah tempat lokalisasi populer yang dibangun sejak zaman Belanda itu yang dihimpun Liputan6.com.

1. Gang Dolly - Surabaya

Mungkin dalam daftar lokalisasi di Indonesia, Gang Dolly menjadi yang teratas. Konon Dolly ini terbesar di Asia Tenggara mengalahkan lokalisasi Patpong di Thailand atau Geylang di Singapura.

Dolly sudah ada sejak jaman Belanda dan dikelola oleh perempuan keturunan Belanda yang dikenal dengan nama tante Dolly van der mart.

Dolly yang terletak di Surabaya ini menawarkan wisata malam sekaligus sebagai sandaran hidup penduduk sekitar.

Disebutkan ada lebih dari 800 wisma untuk konsumen seks bebas di sini selain cafe dangdut dan panti pijat plus-plus yang berjejer rapi di Dolly.

Sebuah sensus menyebutkan jika ada sekitar 9.000 PSK di Dolly termasuk gadis-gadis di bawah umur. Sampai sejauh ini pro kontra penutupan Dolly masih menjadi hal yang dipikirkan jajaran pemerintahan Surabaya.

2. Pasar Kembang (Sarkem) - Jogja

Pasar Kembang pertama kali dibuka pada tahun 1880-an. Pasar Kembang atau Sarkem sebenarnya adalah nama jalan yang terletak di dekat Stasiun Tugu, Yogyakarta.

Kawasan ini dikenal di seluruh Indonesia, bahkan mancanegara sebagai tempat untuk 'jajan' bagi para pria-pria kesepian.

Sejak saat itu banyak wanita mulai menetap dan menjajakan jasanya kepada pria Belanda atau pribumi yang memiliki duit.

Lambat laun, Pasar Kembang berkembang dengan pesat, bahkan wisma hingga hotel mulai berdiri dengan tegak unjuk menjembatani proses transaksi prostitusi.

 


Jejak Saritem dan Macao Po

3. Saritem - Bandung

Saritem adalah salah satu lokalisasi paling tua yang ada di Indonesia. Letaknya di daerah Bandung, tepatnya di antara Jalan Astana Anyar dan Jalan Gardu Jati.

Saritem pertama kali dibangun pada tahun 1838 saat Belanda masih menguasai Indonesia. Beberapa sumber menyebutkan nama Saritem sendiri berasal dari nama seorang gundik Belanda bernama Nyi Saritem.

4. Macao Po - Jakarta

Macao Po adalah rumah bordil pertama yang ada di Jakarta. Rumah yang didirikan untuk melayani kebutuhan tentara Belanda ini berdiri pada akhir abad ke-17.

Sejak berdiri, Macao Po menjadi buah bibir dan membuat banyak tentara Belanda tertarik. Akhirnya banyak dari tentara pergi ke sana meski harus pulang dalam keadaan sakit sifilis. Akhirnya, Gubernur Jendral Belanda yang memerintah saat itu melarang adanya prostitusi karena membuat banyak tentara sakit dan meninggal dunia.

Macao Po terus mendapat tekanan hingga akhirnya ditutup, apalagi ada kasus pembunuhan wanita tunasusila berdarah Indo bernama Fientje de Ferick. Namun, sesuatu yang disukai banyak orang akan susah untuk dihancurkan. Kalau pun hancur akan tumbuh tempat baru lagi yang jauh lebih baik.

Tempat baru itu adalah Kalijodo. Lokalisasi yang baru saja dihancurkan Pemerintah Jakarta itu adalah generasi baru Makao Po. 

(Devi Yunita Parede)

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya