Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengolok para uskup di negara itu sebagai "anak-anak pelacur", di mana hal tersebut merupakan serangan terbaru terhadap Gereja Katolik, yang mengkritik keras dirinya karena menciptakan perang narkoba berdarah.
Kampanye Duterte untuk memerangi narkoba, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (11/1/2019), diketahui masih populer di tengah masyarakat Filipina, meskipun muncul keraguan tentang efektivitasnya karena ribuan orang --terduga atau pelaku sebenarnya-- telah terbunuh.
"Hal yang ingin saya katakan adalah bahwa para uskup adalah anak-anak pelacur, dan itu benar," kata Duterte, dalam pidato peletakan batu pertama pembangunan sebuah sekolah di utara ibu kota Manila, Kamis 10 Januari.
Baca Juga
Advertisement
Duterte tidak menyebutkan alasan khusus di balik kritiknya itu, dan justru menambah tudingan bahwa sebagian besar uskup Geraja Katolik adalah homoseksual.
"Kebanyakan dari mereka (uskup) adalah gay," katanya. "Mereka seharusnya mengaku secaravterbuka, membatalkan janji suci, dan dibiarkan memiliki kekasih sesama jenis."
Selain itu, Duterte --yang mengaku jarang pergi ke gereja-- mengatakan di awal masa kepresidenannya bahwa dia pernah memgalami pelecehan seksual oleh seorang pendeta ketika masih kecil.
Perang Duterte terhadap narkoba telah dikritik secara luas oleh pihak Gereja Katolik di Filipina, di mana mereka semakin vokal dalam menyerukan keadilan dan tawaran perlindungan terhadap pengguna obat-obatan terlarang.
Pemerintah, belum lama ini, mengatakan bahwa sekitar 5.000 orang tewas dalam operasi anti-narkoba yang dilakukan oleh polisi di bawah perintah Duterte, yang menjabat presiden Filipina sejak 2016 lalu.
Polisi menolak tuduhan bahwa pembunuhan itu adalah eksekusi, dengan mengatakan penjual dan pengguna narkoba terbunuh dalam baku tembak, dan petugas keamanan bertindak membela diri.
Simak video pilihan berikut:
Skandal Pelecehan Seksual Meluas di Gereja Katolik
Sementara itu, Gereja Katolik Roma tengah menghadapi beberapa skandal pelecehan seksual yang dilakukan oleh para pendetanya di berbagai belahan dunia.
Meski begitu, belum ada kasus besar tentang isu tersebut yang melibatkan pendeta dan penggiat Gereja Katolik Roma di Filipina.
Dalam pidato-pidato sebelumnya, Duterte sempat menyebut Tuhan "bodoh" dan menggambarkan doktrin Tritunggal Mahakudus sebagai hal yang "konyol".
Francis Lucas, seorang pejabat di Konferensi Waligereja Filipina, menepis kecaman presiden dengan mengatakan semua orang harus menahan diri.
"Kita harus lebih peka terhadap kondisi dan perasaan orang lain, karena itu merupakan tindakan terhormat," kata Lucas kepada kantor berita Reuters.
Sekitar 80 persen dari lebih dari 100 juta orang di Filipina adalah Katolik Roma.
Advertisement