Bos OJK Optimistis Industri Keuangan RI Membaik pada 2019

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) prediksi industri keuangan Indonesia akan tumbuh membaik pada 2019.

oleh Bawono Yadika diperbarui 11 Jan 2019, 22:11 WIB
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (28/4). Pertumbuhan ekonomi Indonesia, menurut Darmin Nasution, masih kecil lantaran belum ada orientasi ekspor dari industri dalam negeri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) prediksi industri keuangan Indonesia akan tumbuh membaik pada 2019. Perekonomian RI bahkan tercatat stabil menghadapi gejolak ketidakpastian global pada 2018.

Ketua Komisioner OJK, Wimboh Santoso mengatakan, kinerja sektor jasa keuangan yang positif juga akan terus berlangsung pada 2019.

Kata dia, perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh 5,3 persen dengan inflasi yang terjaga relatif rendah di level 3,5 persen.

"Kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan diperkirakan tumbuh kuat dengan pertumbuhan kredit perbankan di kisaran 13 plus minus 1 persen dengan Rasio NPL diproyeksikan turun di akhir tahun 2019,” tutur dia di Hotel The Ritz Carlton, Jakarta, Jumat (11/1/2019).

Dia menambahkan, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) diperkirakan meningkat menjadi 8 hingga 10 persen. Oleh karena itu ia mengaku optimistis untuk industri perbankan.

Untuk industri pasar modal, pihaknya menargetkan sekitar 75 hingga 100 emiten baru pada 2019. Di industri Keuangan Non Bank, pertumbuhan aset asuransi jiwa dan asuransi umum masing-masing diperkirakan tumbuh sebesar 10-13 persen dan 14-17 persen. 

Adapun aset perusahaan pembiayaan tumbuh 8 persen hingga 11 persen. Sementara, aset dana pensiun diperkirakan tumbuh moderat, sekitar 7 hingga 9 persen.

Sedangkan Dana Pensiun Pemberi Kerja sekitar 13 persen dan 16 persen untuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan.

 


JK: Kolaborasi Penting Jaga Keseimbangan Perekonomian Negara

Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla saat tiba menghadiri pembukaan KTT ASEM (Asia-Europe Meeting) ke-12 di Brussels, Belgia, (18/10). KTT ASEM ke-12 mengangkat tema Europe and Asia: Global Partners for Global Challenges. (AFP Photo/Aris Oikonomou)

Sebelumnya, Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK) mengatakan, Indonesia cukup baik dalam merespons ketidakpastian ekonomi yang terjadi pada 2018.

Kemudian pada 2019, ia mengimbau agar pemerintah meningkatkan kolaborasi ekonomi antar lembaga.

"Kita bersyukur memasuki 2019 dengan penuh optimisme dan tentunya dengan rasa kegembiraan. Indikator-indikator dalam pertumbuhan ekonomi juga tercatat mengalami perbaikan yang sangat cukup baik sampai saat ini," ujar dia di Jakarta, Jumat 11 Januari 2019. 

Kendati demikian, dia menuturkan, Indonesia dipastikan tetap akan menghadapi sejumlah sentimen ekonomi di tahun ini, baik itu sentimen global hingga sentimen domestik.

"2019 tetap ada tantangan eksternal maupun internal. Meski begitu, kita memiliki banyak pengalaman di industri keuangan. Oleh karena itu, pertemuan industri keuangan malam ini penting untuk kolaborasi," kata dia.

Dia pun mengungkapkan, tak hanya Indonesia yang saat ini mengalami tantangan perekonomian pada 2019. Negara-negara besar di dunia juga tercatat menghadapi tantangan perekonomian yang serupa.

"Semua alami tantangan hebat, perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China, Eropa dan Brexit, konflik timur tengah yang terjadi. Dari dalam, tahun politik, makanya pertemuan industri keuangan penting untuk kolaborasi. Kolaborasi adalah menjaga keseimbangan," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya