Aliran Dana Investor Asing Topang IHSG Sepekan

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lanjutkan kenaikan selama sepekan.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Jan 2019, 15:15 WIB
Layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lanjutkan kenaikan selama sepekan.Hal itu didorong dari nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat.

Penguatan IHSG juga ditopang dari aliran dana investor asing yang masuk pada periode 4 Januari-12 Januari. Tercatat aksi beli investor asing capai USD 173 juta atau sekitar Rp 2,43 triliun (asumsi kurs Rp 14.059 per dolar AS).

Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, IHSG menguat 1,39 persen dari posisi 6.274 menjadi 6.361 pada 4-11 Januari 2019.

IHSG yang menanjak tersebut juga didorong saham-saham masuk LQ45 naik 1,17 persen selama sepekan.

Di pasar obligasi, imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun naik menjadi 7,9 persen. Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat ke posisi 14.048. Aliran dana investor asing yang masuk ke obligasi mencapai USD 893 juta atau setar Rp 12,55 triliun hingga perdagangan Kamis.

Sentimen-sentimen yang pengaruhi pasar keuangan global termasuk IHSG antara lain dari eksternal, perkembangan perang dagang masih menjadi sorotan pelaku pasar.

Para pejabat AS mengharapkan negosiasi perdagangan dapat dilanjutkan di Washington, AS. Diharapkan para negosiator dari China dapat hadir dalam pertemuan tersebut.

Hal ini menunjukkan kalau diskusi tingkat tinggi akan positif seperti pertemuan di Beijing, China.

 


Pernyataan Jerome Powell

Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Katalis positifnya juga ditopang dari pernyataan pimpinan the Federal Reserce Jerome Powell. Kemungkinan the Federal Reserve akan turunkan prediksi kenaikan suku bunga sebanyak dua kali pada 2019. Ini di tengah pasar keuangan yang bergejolak dan perlambatan ekonomi AS dan global.

"Selama tahun ini, kami akan melihat (ekonomi) dan kondisi keuangan yang lebih ketat dan kami akan turunkan jumlah suku bunga kami," ujar Powell dalam sebuah acara di Economic Club.

Ia menambahkan, pihaknya akan fleksibel menetapkan kebijakan moneter terkait suku bunga. Pernyataan tersebut dinilai kalau the Federal Reserve akan bersabar untuk menaikkan suku bunga. Apalagi bila pasar keuangan terus bergejolak dan ekonomi melambat.

Selain itu, penutupan sebagian operasional pemerintahan AS juga masih jadi sorotan. Penutupan pemerintahan AS di bawah Presiden AS Donald Trump termasuk yang terpanjang dalam sejarah.

Pemerintahan AS pun sedang pertimbangkan keadaan darurat nasional yang mungkin akan meningkatkan sengketa kebijakan dengan partai Demokrai mengenai usulan tembok perbatasan AS-Meksiko.

Hal itu menguji kekuatan presiden. Untuk menghindari perangkap politik yang dibuatnya sendiri, Trump mungkin menyatakan keadaan darurat sehingga dapat melewati kongres sehingga mendapatkan dana untuk membangun tembok yang merupakan janji dari kampanye pemilihan umum (Pemilu) 2016.

Trump menuntut agar kongres sediakan dana USD 5,7 miliar dari pembayar pajak untuk bangun tembok perbatasan dengan Meksiko.

Di Asia, China merilis data ekonomi indeks harga konsumen (IHK). Inflasi China melambat ke level terendah dalam enam bulan di 1,9 persen pada Desember 2018 dari posisi 2,2 persen.

Perlambatan inflasi terutama disebabkan oleh harga nonmakanan. Sedangkan inflasi pangan berada di level terendah dalam tiga bulan. Rata-rata tingkat inflasi di China 5,19 persen dari 1986-2018.

 


Aliran Dana Investor Asing

Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lalu hal apa yang dicermati ke depan?

Ashmore menyoroti soal aliran dana investor asing. Dilihat dari year to date, Ashmore melihat aliran dana investor asing masuk ke saham dan obligasi menyusul pernyataan the Federal Reserve yang cenderung kurang agresif pada akhir tahun 2018.

Investor asing pun masuk ke pasar saham. Pada Januari 2019, arus dana investor asing masuk ke pasar saham mencapai USD 213 juta atau sekitar Rp 3 triliun (asumsi kurs Rp 14.104 per dolar Amerika Serikat). Angka ini dua kali lebih cepat dari Januari 2018 sebesar USD 132 juta atau sekitar Rp 1,86 triliun.

Sementara itu di obligasi, aliran dana investor asing capai USD 897 juta. Sedangkan pada Januari 2018, aliran dana investor asing masuk ke obligasi capai USD 2,44 miliar.

Mengapa aliran dana investor asing itu menjadi penting?

Ashmore menilai, aliran dana investor asing menjadi katalis utama untuk penilaian pasar Indonesia. Salah satu alasan yang bisa mendorong arus dana investor asing masuk yaitu kinerja pertumbuhan laba bersih per saham atau earning per share (eps). Pada 2019, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia dan eps diperkirakan melebihi Amerika Serikat, negara berkembang dan Asia Pasifik.

Melihat kondisi itu usai koreksi di pasar saham pada 2018, penilaian pasar saham Indonesia lebih menarik dari pada akhir 2017.

"Pada akhir 2018, PER 16,1 kali adalah 12 persen lebih menarik dari pada akhir 2018 dengan PER 18,3 kali. Oleh karena itu, posisi asing sangat rendah di Indonesia ada potensi untuk memanfaatkan koreksi pada 2018, dan adanya pemilihan umum dapat menarik aliran dana investor asing lebih tinggi dan paling penting prospek moneter global yang menguntungkan," tulis Ashmore.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya