BMKG: Tsunami Masih Berpotensi Terjadi di Selat Sunda

Ada tiga sumber yang berpotensi memicu kembali tsunami di Selat Sunda.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Jan 2019, 21:08 WIB
Ilustrasi tsunami (Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menilai masih ada potensi tsunami kembali terjadi di Selat Sunda.

"Sedikitnya terdapat tiga sumber tsunami di Selat Sunda, yakni Kompleks Gunung Anak Krakatau, Zona Graben, dan Zona Megathrust," kata Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhamad Sadly dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Sabtu (12/1/2019).

Sadly menjelaskan, Kompleks Gunung Anak Krakatau terdiri dari Gunung Anak Krakatau, Pulau Sertung, Pulau Rakata dan Pulau Panjang. Gunung serta ketiga pulau tersebut tersusun dari batuan yang retak-retak secara sistemik akibat aktivitas vulkano-tektonik.

Akibatnya, kompleks tersebut rentan mengalami runtuhan lereng batuan atau longsor ke dalam laut. Hal itu akan berpotensi memicu tsunami.

Begitu pula dengan Zona Graben yang berada di sebelah Barat-Barat Daya kompleks Gunung Anak Krakatau. Wilayah tersebut juga merupakan zona batuan rentan runtuhan lereng batuan (longsor) dan berpotensi memicu gelombang tsunami.

 


Zona Megathrust

Sementara itu Zona Megathrust termasuk pula dalam wilayah yang berpotensi membangkitkan patahan naik pemicu tsunami.

"Atas dasar itulah hingga saat ini BMKG tetap memantau perkembangan kegempaan dan fluktuasi muka air laut di Selat Sunda," ujar Sadly seperti dilansir Antara.

BMKG mengimbau masyarakat untuk mewaspadai zona bahaya dengan radius 500 meter dari bibir pantai yang elevasi ketinggiannya kurang dari lima meter.

Saksikan video pilihan di bawah ini

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya