Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan infrastruktur kini mulai menyentuh kawasan terluar di Wilayah Timur Indonesia. Salah satunya penyediaan hunian layak bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang tinggal Papua melalui program Rumah Khusus (Rusus) yang diselenggarakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
"Selain untuk MBR, pembangunan Rusus di Papua juga diperuntukan bagi pemuka agama/adat, masyarakat yang terimbas konflik, petugas, tenaga pendidikan dan kesehatan yang bertugas di daerah perbatasan dan eks anggota OPM," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan resmi, Minggu (13/1/2019).
Baca Juga
Advertisement
Bernard Sie (62 tahun) penghuni Rusus di Kampung Skow, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, mengaku bahagia bisa tinggal ditanah kelahirannya di Papua dengan menempati rumah yang dibangun Pemerintah. Rusus yang ditempatinya merupakan salah satu dari 50 unit Rusus yang dibangun Kementerian PUPR melalui Ditjen Penyediaan Perumahan pada 2015 silam.
"Saya bahagia karena Pemerintah memberikan pelayanan untuk membuat kehidupan masyarakat lebih baik. Harus saya katakan, Pemerintah Indonesia salah satu yang terbaik dari banyak negara yang saya tahu," kata pria yang tinggal bersama istri dan 8 orang anaknya.
Frans Wally (48 tahun) Kepala Suku di Kampung Kehira, Kabupaten Jayapura menceritakan, sebelum ada program Rusus, satu rumah dihuni oleh bapak, ibu, anak, hingga cucu. Dengan dibangunnya Rusus, anak yang sudah menikah harus pindah tidak lagi tinggal bersama orang tua.
"Secara ekonomi kami tidak bisa bangun rumah seperti ini. Tapi dengan adanya perhatian Pemerintah dari Pusat sampai Daerah, mereka juga punya hati untuk rakyat, akhirnya kami bisa punya rumah seperti ini," kata Frans.
Adapun rusus yang ditempati Frans adalah satu dari 50 Rusus yang dibangun di Kampung Kehiran I, Kabupaten Jayapura pada 2016.
Keberadaan Rusus juga menyentuh Kampung Ariepi, Distrik Kosiwo, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua. Sebanyak 25 unit Rusus dibangun di daerah tersebut pada 2017 dan sudah dihuni.
Pertama Kali, Program Satu Juta Rumah Lampaui Target
Kementerian PUPR) melaporkan, capaian Program Satu Juta Rumah (PSR) per 31 Desember 2018 mencapai 1.132.621 unit atau melebihi target.
"Pada 2018 ini, untuk pertama kalinya jumlah pembangunan rumah di Indonesia dapat menembus satu juta unit rumah. Persisnya 1.132, 621 unit rumah," ungkap Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid dalam keterangannya, Rabu, 9 Januari 2019.
Sejak dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 29 April 2015, secara bertahap capaian program ini terus meningkat. Yakni pada 2015 sebanyak 699.770 unit, 2016 sebanyak 805.169 unit, dan 2017 sebanyak 904.758 unit.
Secara keseluruhan, dari 2015 sampai dengan 2018 total telah terbangun sebanyak 3.542.318 unit rumah.
Khalawi menyatakan, kemampuan pemerintah dalam penyediaan hunian melalui dana APBN hanya sekitar 20 persen, terutama untuk rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
"Kemudian sekitar 30 persen berasal dari subisidi KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Sisanya merupakan rumah yang dibangun oleh masyarakat secara swadaya dan pengembang perumahan secara formal," sambungnya.
Dari capaian 1.132.621 unit pada 2018, terbagi 69 persen atau 785.641 unit merupakan rumahMBR, serta 31 persen atau 346.980 unit rumah non MBR. Untuk kategori rumah MBR, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan berhasil membangun sebanyak 217,064 unit rumah.
Angka ini terdiri dari rumah susun (Rusun) sebanyak 11,655 unit, rumah khusus 4,525 unit, dan rumah swadaya sejumlah 200.884 unit.
Advertisement