Liputan6.com, Jakarta - Meskipun perang dagang saat ini masih terjadi, China mencatat surplus perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) pada 2018. Bahkan terbesar lebih dari satu dekade.
Mengutip laman CNBC, seperti ditulis Kamis (17/1/2019), semenjak tahun lalu, surplus perdagangan China dan AS tumbuh sebesar 17 persen hinggamencapai USD 323,32 miliar atau setara Rp 4.554 triliun (Kurs USD 1 = Rp 14.087). Angka ini menjadi rekor tertinggi semenjak 2016. Hal itu berdasarkan data Reuters.
Defisit AS dengan China kemungkinan lebih besar. Hal ini karena China menghitung angka dengan metode berbeda, kadang mengecualikan barang-barang di AS melalui negara lain.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, ekspor ke AS naik 11,3 persen dan impor dari AS ke China naik tipis sebesar 0,7 persen pada 2018.
Pemerintah China menambahkan, surplus perdagangan China pada 2018 mencapai USD 351,76 miliar atau setara Rp 4.954 triliun. Pada 2018, ekspor keseluruhan naik 9,9 persen semenjak 2017. Sementara itu, impor juga meningkat sebesar 15,8 persen pada periode yang sama.
Sementara surplus dengan AS telah meningkat, perdagangan China secara keseluruhan pada tahun lalu merupakan angka terendah semenjak 2013. Sementara itu, pertumbuhan ekspor menjadi yang tertinggi sejak 2011.
Selanjutnya
Administrasi Umum Kepabeanan China mengatakan kekhawatiran terbesar dalam perdagangan tahun ini adalah ketidakpastian eksternal dan proteksionisme.
Selain itu, China juga memperkirakan pertumbuhan perdagangan mungkin akan melambat pada 2019.
Sementara itu, Li Kuiwen, Juru Bicara kepabeanan China menambahkan, pertumbuhan ekonomi Asia akan tumbuh dengan mantap pada 2019. Namun, akan tetap menghadapi hambatan eksternal.
Selain perang dagang dengan AS, ekonomi China menghadapi tantangan domestiknya sendiri.
Bahkan sebelum Presiden AS Donald Trump memulai eskalasi terbaru dalam ketegangan perdagangannya, Beijing sudah terlebih dahulu berusaha untuk mengelola melambatnya ekonomi setelah sepuluh tahun mengalami pertumbuhan yang sangat buruk.
Pada Rabu 9 Januari 2019, China dan AS telah berusaha untuk menegosiasikan kesepakatan perdagangannya pada pertemuannya terakhir.
Kementerian Perdagangan China juga mengatakan pada Kamis 10 Januari 2019 kalau pembicaraan pada pertemuan kemarin sangatlah luas dan membentuk dasar untuk penyelesaian masalah masing-masing.
Ekspor China secara tak terduga turun 4,4 persen pada Desember dari tahun sebelumnya. Penurunan bulanan itu terbesar dalam dua tahun.
Impor juga secara tak terduga alami kontraksi pada Desember yang turun 7,6 persen, dan menandai penurunan terbesar sejak Juli 2016.
Pada Desember, surplus mencapai USD 57,06 miliar dibandingkan November sebesar USD 44,71 miliar.
"Ekspor turun karena pertumbuhan global melambat dan ketika hambatan dari tarif AS meningkat. Sementara impor juga turun karena mendinginkan permintaan domestik,” kata Ekonom Senior Capital Economics, Julian Evans-Pritchard.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement