Efisiensi Jadi Kunci Agar Bisnis Retail Tak Tumbang

Penurunan daya beli masyarakat juga ikut berpengaruh terhadap melemahnya perusahaan bisnis retail.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 14 Jan 2019, 17:52 WIB
Suasana di pusat perbelanjaan di Tangerang, Banten, (16/12). Aturan pencantuman tersebut selain bagi importir atau produsen, juga diwajibkan bagi pedagang pengumpul. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, efisiensi merupakan kunci agar suatu perusahaan yang bergerak dalam bisnis retail bisa menjaga napas usaha.

Hal itu dia lontarkan setelah ditanyai perihal kasus penutupan 26 gerai milik PT Hero Supermarket Tbk pada Kuartal III 2018 lalu, yang berakibat pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 532 karyawan.

"Itu kembali lagi ya, persaingan di bisnis retail sangat ketat. Di samping itu perilaku pembeli sekarang sudah berubah," ungkap dia di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (14/1/2019).

Tak hanya itu, ia menambahkan, maraknya kegiatan usaha online dalam bentuk e-commerce juga turut memainkan peran. "Memang tidak bisa dipungkiri bahwa belanja e-commerce ada pengaruhnya," ucapnya.

"Semakin lama trennya semakin banyak. Itu bisa dipahami, untuk teman-teman di sektor retail lumayan berat. Dari persaingan sesama retail yang ketat, lalu tambah ada lagi online," sambungnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Penurunan Daya Beli

Pengunjung saat melihat barang-barang belanjaan saat pembukaan Megastore Courts, Tangerang Selatan, Sabtu (23/1/2016). Ritel tersebut menjual 60% produk lokal. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Selain itu, ia menduga, penurunan daya beli masyarakat juga ikut berpengaruh terhadap melemahnya perusahaan bisnis retail yang menerapkan kegiatan transaksi secara konvensional.

"Jadi ini semua mengakibatkan beberapa retail itu enggak bisa bertahan. Dulu kan sempat ada Seven Eleven yang tutup karena salah satu yang memukul mereka enggak boleh jualan bir. Padah orang-orang kesana sambil minum-minum," tuturnya.

Hariyadi lantas coba menyimpulkan, masyarakat dewasa ini cenderung beralih untuk melakukan transaksi secara daring lantaran adanya faktor efisiensi.

"Bisa saja kemungkinan itu. Karena kan orang pada akhirnya mencari efisiensi. Dan itu semua terjadi karena enggak bisa bertahan dalam persaingan. Intinya itu," pungkas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya