Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) berupa biodiesel sebesar 20 persen atau B20 ke dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) memberikan dampak positif terhadap penghematan devisa negara dari impor solar. Dalam empat bulan, kebijakan tersebut mampu menghemat USD 937,84 juta.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Djoko Siswanto mengatakan, penyaluran FAME Fatty Acid Methyl Ester (FAME) biodiesel selama 2018 mencapai 1,67 juta kilo liter (KL). "Penyaluran FAME sebesar 1,67 juta KL," ungkap Djoko melalui keterangan resminya, di Jakarta, Senin (14/1/2019).
Penerapan kebijakan B20 merupakan keseriusan Pemerintah dalam memperhatikan soal ketahanan energi nasional yang juga menjadi masalah serius ke depan, terutama mengurangi dominasi penggunaan bahan bakar fosil.
Baca Juga
Advertisement
Di samping itu, kebijakan B20, konversi BBM ke Liquified Petroleum Gas (LPG) juga diterapkan pemerintah sebagai upaya diversifikasi energi. Total sebanyak 6,55 juta Metrik Ton (MT) LPG bersubsidi dan 0,99 juta MT LPG Non-Subsidi disalurkan sepanjang tahun 2018 ke 530 SPBE PSO dan 103 SPBE Non-PSO. Penghematan yang didapat dari kebijakan konversi ini selama setahun sebesar Rp 29,31 triliun (unaudited).
Di samping itu, Kementerian ESDM juga tercatat realisasi penjualan BBM mencapai 67,35 juta KL terdiri dari 16,12 juta KL BBM Bersubsidi (Solar, Minyak Tanah dan Premium) serta BBM Non-Subsidi sebesar 51,23 juta KL. Penjualan tersebut disalurkan ke 6.902 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum/Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan milik Pertamina dan PT AKR Corporindo.
Khusus untuk BBM Bersubsidi, angka realisasi tersebut hampir mendekati dari total kouta yang dialokasikan dalam APBN tahun 2018, yaitu sebesar 16,23 juta KL. Hal ini tak lepas dari adanya kewajiban bagi badan usaha untuk penyaluran dan pendistribusian Premium di Jawa, Madura dan Bali melalui Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2018 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak yang diteken pada 23 Maret 2018 lalu.
Sementata itu, untuk BBM Non-Subsidi, Pemerintah akan mengevaluasi penurunan harga jenis BBM tersebut sebulan sekali.
"Kami sedang evaluasi, Pertamina baru saja (menurunkan) kemarin," jelas Djoko. Jangka waktu tersebut dinilai tepat bagi Djoko demi menghindari adanya kebingungan di masyarakat," pungkasnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Program B20 Mampu Hemat APBN Rp 28,4 Triliun di 2018
Program B20 yang sudah diluncurkan pemerintah pada akhirnya mampu membuahkan hasil. Meski pelaksanaannya masih belum optimal, namun program itu mampu menghemat APBN sebesar Rp 28,4 triliun hingga akhir 2018.
Dirjen Enegri Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana menjelaskan penghematan ini diperoleh dari anggaran yang sebelumnya untuk membeli minyak mentah ke luar negeri, kali ini disubstitusi dengan pencairan minyak sawit (fame).
BACA JUGA
"Dari realisasi penyerapan yang sudah dilakukan, hingga 2018 itu kami perkirakan nilainya mampu menghemat Rp 28,4 triliun. Itu besar sekali," kata Rida di kantornya, Selasa (8/1/2019).
Penggunaan B20 ini, dikatakan Rida, masuk dalam angka realisasi kinerja instansinya, khususnya dalam hal produksi bahan bakar nabati. Sepanjang 2018, produksi bahan bakar nabati mencapai 6 juta kilo liter (KL).
Angka ini naik hampir dua kali lipat jika dibandingkan realiasasi pada 2017 yang hanya 3,4 juta KL. Bahkan, pencapaian ini juga melebihi target yang sudah ditetapkan sebelumnya yaitu 5,7 juta KL.
"Jadi boleh dikatakan penerapan B20 sudah berjalan lebih baik seperti yang kita harapkan bersama," pungkas Rida.
Advertisement