Adhi Karya Ungkap Perbandingan Biaya Bangun LRT di Berbagai Negara

PT Adhi Karya (Persero) Tbk klaim pembangunan proyek light rail transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) Tahap I terbilang murah.

oleh Bawono Yadika diperbarui 14 Jan 2019, 21:41 WIB
Aktivitas pekerja pembangunan proyek Light Rail Transit (LRT) Jabodebek fase I di kawasan Cawang, Jakarta, Senin (14/1). Stasiun tersebut bakal jadi titik transit dari Bekasi Timur ke Cibubur atau Bekasi Timur-Dukuh Atas. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) klaim pembangunan proyek light rail transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) Tahap I terbilang murah.

Dibanding negara-negara tetangga, Indonesia bahkan menawarkan biaya yang kompetitif untuk pembangunan proyek LRT.

"Sebagai perbandingan untuk pembangunan LRT Manila di Filipina sebesar Rp 904 miliar/km, LRT Kelana Jaya di Malaysia sebesar Rp 807miliar/km, LRT Lahore di Pakistan Rp 797 miliar/km," ucap Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Tbk Pundjung Setya Brata di Jakarta, Senin (14/1/2019).

Dia menggambarkan, pembangunan LRT di negara-negara besar lain di dunia bahkan menelan biaya yang cukup fantastis.

"Untuk perbandingan, LRT Lahore di Pakistan Rp 797 miliar/km dan LRT Dubai di Uni Emirat Arab Rp1,026 miliar/km, LRT Calgary di Kanada sebesar Rp 2,197 miliar/km dan LRT Houston di Amerika Serikat sebesar Rp 688 mlliar/km," ujar dia.

Oleh sebab itu, dia menegaskan, pembangunan LRT ini telah sesuai dengan pertimbangan Perseroan. Perusahaan juga telah mensurvei secara detail terkait pembangunan LRT dengan skema elevated itu.

"Kami sudah berusaha memikirkan semuanya supaya lebih optimum. Jadi kalau mau kita compare, atau bolehlah dicek pembangunan di luar negeri ya. Supaya bisa clear perbandinganya," ujar dia.

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla kritik pembangunan kereta ringan atau light rail transit (LRT) yang menelan biaya sampai Rp 500 miliar per kilometernya (km).

Dia menuturkan, pembangunan LRT dengan skema elevated atau melayang tersebut terlalu mahal.

 


Wapres JK: Jalur LRT di Luar Kota Tak Harusnya Melayang

Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek di Stasiun LRT TMII, Jakarta, Senin (14/1). Stasiun LRT TMII dibangun dua lantai yang terdiri dari komersial dan pembelian tiket. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK) menilai bahwa pembangunan Light Rail Transit (LRT) seharusnya bisa lebih efisien jika tidak dibangun secara melayang (elevated).

Dia menjelaskan, pembangunan LRT secara elevated seharusnya diterapkan untuk di dalam kota. Untuk luar kota, kontruksi dikatakan tidak perlu dibuat elevated.

"Itu tergantung dimana LRT itu. Kalau LRT itu di tengah kota itu elevated, kalau di luar kota tidak perlu elevated," kata Jusuf Kalla saat ditemui di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin 14 Januari 2019.

Pembangunan secara melayang memakan biaya lebih besar dibanding dibuat di bawah dengan cara membebaskan lahan. "Lebih murah membebaskan lahan dari pada membangunnya (elevated)," ujarnya.

Jusuf Kalla juga mengkritik proses pembangunan LRT yang dinilai terlalu lama sehingga membuat pembiayaan membengkak. "Kalau mahal pasti lama," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya