Orang Usia 65 ke Atas Lebih Rentan Sebarkan Hoaks

Dibandingkan anak muda, orang tua lebih rentan menyebarkan hoaks (hoax). Ini alasan pakar.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 15 Jan 2019, 11:00 WIB
Ilustrasi hoaks (hoaks) (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta Masalah hoaks (hoax) dan berita palsu sepertinya sudah menjadi isu di banyak negara. Sebuah penelitian menemukan, bahwa orang-orang yang berada di usia 65, lebih sering menyebarkan berita palsu di media sosial dibandingkan mereka yang termasuk generasi milenial.

Dikutip dari The Verge pada Selasa (15/1/2019),ini adalah hasil penelitian dilakukan oleh para ilmuwan di New York University dan Princeton University di Amerika Serikat. Mereka menemukan, pengguna media sosial yang lebih tua lebih banyak membagikan berita palsu daripada yang lebih muda. Ini tanpa memandang pendidikan, jenis kelamin, ras, pendapatan, atau berapa banyak tautan yang merek bagikan.

Studi yang diterbitkan di jurnal Science Advances ini meneliti perilaku pengguna media sosial di beberapa bulan sebelum dan sesudah pemilihan presiden Amerika Serikat di 2016. Bersama perusahaan riset YouGov, para peneliti mengambil data sejak awal 2016. Mereka mengumpulkan panel yang berisi 3.500 orang.

Setelah pemilihan di 16 November, para partisipan di Facebook diminta mengunduh aplikasi yang memungkinkan mereka berbagi data termasuk profil publik, pandangan agama dan politik, serta halaman yang diikuti. Para peneliti juga melihat sumber-sumber berita yang dibagikan para penggunanya.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:


Tidak mengejutkan

Tersangka berinisial MIK penyebar hoax surat suara tercoblos yang berprofesi sebagai guru di Cilegon digiring petugas di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (11/1). Screenshot posting-an di Twitter MIK menjadi barang bukti polisi. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Di semua kategori usia, membagikan berita palsu relatif jarang. Hanya 8,5 persen pengguna yang membagikan setidaknya satu tautan dari situs berita palsu.

Jika hanya melihat dari usia, 11 persen pengguna yang lebih tua dari 65 tahun banyak membagikan berita palsu. Sementara, hanya 3 persen dari pengguna di usia 18 hingga 29 tahun yang melakukannya. Sisanya dilihat berdasarkan preferensi politik mereka.

Bahkan, mereka yang berusia 65 tahun berbagi artikel berita palsu dua kali lipat lebih banyak dari kelompok usia lainnya yaitu 45 sampai 65 tahun. Angka ini tujuh kali lebih banyak dari kelompok usia termuda yaitu 18 hingga 29 tahun.

"Ketika kami mengemukakan temuan usia, banyak orang mengatakan, 'Oh ya, itu sudah jelas'," ujar rekan penulis Andrew Guess kepada The Verge.

Namun, studi ini tidak mengungkapkan mengapa mereka yang lebih tua lebih mungkin untuk membagikan hoaks. Namun, ada dua kemungkinan yang disebut para peneliti.

Kemungkinan pertama, mereka yang lebih tua tidak memiliki keterampilan literasi digital dibandingkan orang yang lebih muda. Sementara yang kedua menyatakan, bahwa mereka mengalami penurunan kognitif seiring berjalannya waktu, membuat mereka lebih mudah termakan hoaks.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya