Dikira Kesurupan, Ibu 3 Anak Ini Ternyata Kena Penyakit Langka

Saudara dan tetangga sekitar mengira ia kesurupan, suami dari perempuan tersebut sampai memercikinya dengan air suci

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 15 Jan 2019, 19:00 WIB
Ilustrasi kesurupan (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Seorang perempuan 39 tahun tiba-tiba mengalami gejala seperti kerasukan setan. Namun, diketahui bahwa dia sesungguhnya mengalami penyakit langka yang mirip dengan kesurupan.

Suami dari Lorina Gutierrez, Stephen (42) tiba-tiba ketakutan saat istrinya mulai berbicara tidak jelas. Selain itu, pria pengemudi truk itu mengatakan bahwa perilaku sang istri tidaklah wajar sehingga dia harus diberikan air suci karena takut istrinya mengalami kesurupan.

Dilansir dari New York Post pada Rabu (16/1/2019) ibu dari tiga anak itu percaya bahwa ada kamera di setiap sudut rumahnya yang terletak di Albuquerque, New Mexico, Amerika Serikat. Dia juga sering berteriak-teriak mengenai 'pelarian'. Ia juga memiliki perilaku amat kasar

Lorina akhirnya dibawa ke Presbyterian Kaseman Hospital, New Mexico setelah mengalami delusi dan berusaha memukul suaminya. Setelah pengobatan tidak berhasil, dia dipindahkan ke rumah sakit lokal. Dokter menemukan bahwa sistem kekebalan tubuhnya sedang menyerang otaknya sendiri.

Selain itu, di ovariumnya juga ditemukan tumor ukuran 6x6 inchi. Tumor ini memicu penyakit autoimun yang disebut Anti-NMDA recepter limbic autoimmune encephalitis yang menyebabkan otak Lorina membengkak.

Hal ini membuat tubuh Lorina mengembangkan antibodi untuk menyerang tumor yang juga menyerang jaringan otaknya yang sehat. Gejala dari kondisi ini membuat perempuan itu seperti kerasukan setan.

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 


Tidak bisa disembuhkan

Perempuan ini dikira kesurupan, padahal dirinya mengalami penyakit langka (iStock/Listverse.com).

"Aku sangat takut, seperti dia mengalami kesurupan," kata Stephen.

Dia menambahkan, setelah pulang dari perawatan, sang istri tidak bisa tidur dan terus berbicara aneh.

Dia menambahkan, selama tiga bulan Lorina harus melakukan terapi wicara, fisik, dan okupasi. Namun banyak dari hal itu yang tidak dia ingat karena semua terasa kabur.

"Saat ini aku sedang dalam remisi tetapi aku bisa kambuh kapan saja. Itu tidak bisa disembuhkan, hanya bisa diobati," ujarnya.

Saat ini, Stephen dan Lorina bertekad meningkatkan kesadaran orang-orang akan ensefalitis.

"Saya seorang penyintas dan benar-benar merasa bisa membantu orang lain dengan pengalaman dan informasi. Saya tahu sekarang itulah tujuan saya," kata Lorina.

Lorina mengalami enam kali kejang dalam sehari ketika dokter membersihkan tubuhnya dari antibodi berbahaya itu. Perempuan itu menceritakan, dirinya harus diberikan resusitasi ketika tubuhnya melemah.

"Aku kehilangan semua fungsi, kemampuan untuk berjalan, bicara, makan, atau bahkan pergi ke kamar kecil sendirian. Saya adalah seorang wanita berusia 39 tahun yang mengenakan popok dewasa," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya