Intip Pesawat Luar Angkasa Tiongkok yang Mendarat di Sisi Tergelap Bulan

Probe alias pesawat luar angkasa milik Badan Antariksa Tiongkok (CNSA) yang bernama Chang'e-4, berhasil mendarat di Bulan. Begini wujudnya.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 16 Jan 2019, 07:30 WIB
Pesawat pendarat Bulan milik China, Chang'e 4, dipotret menggunakan kamera wahana penjelajah Bulan milik China, Yutu 2 (kredit Badan Antariksa China)

Liputan6.com, Jakarta - Probe alias pesawat luar angkasa milik Badan Antariksa Tiongkok (CNSA) yang bernama Chang'e-4, berhasil mendarat di Bulan.

Dalam laporan sebelumnya, disebutkan kalau Chang'e-4 mendarat di kawah Von Karman dan selanjutnya, rover atau robot dari probe tersebut akan bergerak ke wilayah kutup selatan Bulan.

Nah, wilayah kutup selatan Bulan ini bernama Aitken Basin, yang juga merupakan wilayah tergelap di sana.

Terbaru, CNSA mulai merilis foto-foto yang memperlihatkan Chang'e-4 dan rover yang tengah dalam perjalanan ke sisi tergelap Bulan. Berikut fotonya seperti dikutip Phys.

Rover milik probe Tiongkok Chang'e-4 yang bakal melaju ke sisi tergelap Bulan (Foto: CNSA)

Aitken Basin sendiri memiliki rentang jarak 1.550 mil. Wilayah ini terbentuk akibat hantaman yang berlangsung sejak 3,9 miliar tahun yang lalu.

Karenanya, Aitken Basin cukup dalam sehingga memerlukan bantuan para ahli, di mana dalam hal ini CNSA turut berperan besar. 

“Aitken Basin tentu sangat dalam dan mengandung material lapisan Bulan yang belum pernah kita pelajari,” ujar ahli astrofisika National Space Center Inggris Tamela Maciel.

“Dengan mendarat di wilayah tersebut, Chang’e-4 dan rovernya akan membantu para peneliti memahami lebih dalam soal sejarah formasi bebatuan Bulan,” tambahnya.


Tugas Chang'e-4

Peluncuran probe Tiongkok Chang'e-4 (Foto: China Aerospace Science and Technology Corporation)

Chang'e-4 bertugas melakukan pengukuran radiasi dan level air satelit, pengujian mineral, penelitian gelombang radio untuk membangun sistem komunikasi jarak jauh, hingga eksperimen penanaman sayuran pada permukaan Bulan pun akan dilakukan dengan pantauan kamera panorama dan alat ukur. Ini akan sangat mendukung studi Astronomi.

Sebelum peluncuran Chang'e-4, masalah besar ditemukan saat berkomunikasi dengan robot ekspedisi, karena tidak ada sinyal langsung yang dapat terhubung  ke sisi lain Bulan.

Sebagai solusi, Mei 2018 lalu Tiongkok meluncurkan Satelit Queqiau ke orbit Bulan untuk pendataan dan pemberian komando dari jarak jauh.

Oueqiau atau jembatan burung Magpie, adalah nama yang diadaptasi dari kisah tradisional penduduk Cina.


Tantangan Chang'e-4

Rover penjelajah Bulan milik China, Yutu 2, dipotret menggunakan kamera dari pesawat pendarat Bulan milik China Chang'e 4 (kredit Badan Antariksa China)

Tantangan ekstrem lain ekspedisi ini adalah waktu gelap dan terang di Bulan.

Waktu malam hari Bulan bisa mencapai 14 hari, begitu pula dengan waktu terang. Ini sangat berpengaruh pada temperatur udara.

Temperatur bisa turun secara drastis hingga minus 173 derajat Celsius, dan di siang hari temperatur bisa mencapai 127 derajat Celcius.

Pesawat ekspedisi harus menghadapi fluktuasi suhu dengan energi yang sepadan. Struktur yang terjal dan rumit kawah serta lembah di selatan Bulan ini kian menambah tantangan pendaratan Chang'e-4.

Pada 1959, Uni Soviet berhasil memotret sisi gelap Bulan yang misterius dan dipenuhi kawah.

Namun, belum ada yang berhasil mendarat di sana. Ini percobaan kedua Tiongkok mendarat di Bulan, setelah misi pertama pendaratan di Bulan dilakukan oleh Yutu atau "Kelinci Giok" pada 2013.

Yutu telah berhasil menghadapi tantangan temperatur hingga geografis Bulan dan bertahan selama 31 bulan.

Penelitian Yutu ini sangat mendukung persiapan peluncuran Chang'e-4. Akhir tahun ini Chang'e-5 akan dikirimkan untuk mengoleksi sampel penelitian dan kembali ke Bumi.

(Tin/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya