Produksi Migas RI Akan Bertambah 240 ribu BOEPD

Pengoperasian proyek migas pada 2019 lebih banyak dibanding 2018.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 15 Jan 2019, 14:15 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan, produksi migas Indonesia akan bertambah 240 ribu barel setara minyak (Barrel Oil Equivalent per Day/BOEP) pada 2019.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, penambahan produksi migas sebanyak 240 BOEPD seiring beroperasinya 13 proyek hulu migas pada tahun ini, dengan total nilai investasi USD 702 juta.

"Untuk 2019, ada 13 proyek onstream 240 ribu BOEPD," kata dia di Jakarta, Selasa (15/1/2019).

Menurut Dwi, pengoperasian proyek migas pada 2019 lebih banyak dibanding 2018 sebanyak 6 proyek. Dengan total investasi USD 345 juta dan penambahan produksi minyak 14.500 barel per hari dan gas 105 MMSCFD.

"2018 realisasinya 6 proyek onstream. Total nilai investasinya adalah USD 345 juta," tutur dia.

Adapun 13 proyek tersebut adalah, Kompleks Betara yang digarap PetroChina International Jabung Ltd. Kemudian Terang Cirasun Batur fase 2 oleh Kangean Energy Indonesia, Area Damar Sriwijaya digarap PT Tropik Energi Pandan.

Pengaliran gas Temelat ke Gunung Kembang Selatan digarap PT Medco E&P Indonesia. Bukit Tua Phase 3 digarap Petronas Carigali Ketapang II. Full Well steam Kedung Keris Cepu digarap ExxonMobil Cepu, Buntal 5 digarap Medco E&P Natuna Ltd.

Proyek Bison-Igunana-Gajah Putri digarap Premier Oil Natuna Sea BV. Suban Compression digarap ConocoPhillips (Gresik). Pemasangan Kompresor Betun oleh PT Pertamina EP, Fasilitas Produksi Gas Bayan oleh Manhattan Kalimantan, pengembangan lapangan YY oleh PT Pertamina Hulu Energy Offshore North West Java (ONWJ) dan Lapangan Mellwis oleh Santos.

 


Geser Rokan, Produksi Minyak Blok Cepu Tertinggi di RI

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Blok Cepu menjadi tulang punggung baru penghasil minyak Indonesia. Sebab ‎produksinya terus naik menyalip Blok Rokan yang sebelumnya menjadi produsen terbesar.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan, laju produksi dan lifting (siap jual) minyak bumi nasional dari Blok Cepu terus meningkat.

Produksi Blok Cepu saat ini mencapai 220 ribu barel per hari (bph) dan diperkirakan akan bertahan hingga 2020 nanti.

"Blok Cepu itu kan sekarang menyalip Chevron (Blok Rokan),"‎ kata Djoko, di Jakarta, Selasa (15/1/2018)

Kini, Blok Cepu didulat sebagai andalan utama lifting minyak nasional, menggeser Blok Rokan yang hanya memproduksi rata-rata 190 ribu bph karena sudah tua sehingga mengalami penurunan produksi secara alamiah.

"Secara alamiah, kalau minyak diambil terus menerus ya abis," imbuh Djoko.

‎Menurut Djoko produksi Blok Cepu terus meroket, di proposal pengembangan (Plan of Develoment/PoD) yang disetujui di awal, produksinya sebesar 165 ribu bph, kemudian ke 185 ribu barel per hari, lalu naik ke 220 ribu barel per hari.

Peningkatan produksi ini terjadi berkat pemasangan fasilitas alat pendingin (cooler) yang dilakukan ExxonMobil selaku operator Blok Cepu. "Itu upayanya dengan memasang fasilitas cooler," tegasnyaa.

‎Dengan adanya Fasilitas cooler, bisa mempertahankan produksi blok Cepu sesuai Rencana Program dan Anggaran sampai tahun 2020. Dengan begitu, jika nanti di tahun 2021 terjadi penurunan bisa teratasi dari produksi lapangan Kedung Keris yang akan mulai beroperasi di akhir tahun ini.

"Kedung Keris sekarang dalam proses pemasangan pipa, sepanjang 6 km untuk masuk di fasilitas lapangan Banyu Urip," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya