Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Desember 2018 mencapai sebesar USD 14,18 miliar. Angka ini turun 4,89 persen dibandingkan ekspor November 2018 yang sebesar USD 14,43 miliar.
Sedangkan bila dibandingkan periode sama tahun sebelumnya juga alami penurunan sebesar 4,62 persen.
"Penurunan ekspor Desember 2018 dibanding November 2018 disebabkan oleh menurunnya eskpor nonmigas sebesar 8,15 persen yaitu dari USD 13.534,4 juta menjadi USD12.430,9 juta," kata Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Baca Juga
Advertisement
Suhariyanto mengatakan, penurunan terbesar ekspor nonmigas Desember 2018 dibandingkan November terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar USD 278,7 juta atau sebesar 56,25 persen.
Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pasa perhiasan atau permata sebesar USD 84,9 juta atau 27,41 persen.
Meski ekspor nonmigas turun. Akan tetapi, sektor migas justru mengalami kenaikan sebesar 27,34 persen. Yakni dari USD 1.371,4 juta menjadi USD 1.746.4 juta.
"Peningkatan ekspor migas disebabkan oleh meningkatnya ekspor gas sebesar 51,57 persen yaitu menjadi USD 1.322,5 juta," kata dia.
Sedangkan BPS mencatat untuk beberapa sektor migas lainnya justru turun seperti hasil minyak yang merosot 9,43 persen menjadi USD 107 juta dan ekspor minyak mentah turun 16,77 persen menjadi USD 316,9 juta.
Adapun secara kumulatif ekspor Januari hingga Desember 2018 mencapai USD 180,06 miliar atau naik 6,65 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. Demikian juga ekspor kumulatif nonmigas mencapai USD 162,65 miliar atau meningkat 6,25 persen.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Impor 2018
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis realisasi nilai impor Indonesia pada Desember 2018 mencapai USD 15,28 miliar.
Angka ini turun 9,60 persen bila dibandingkan November 2018 sebesar USD 16,91 miliar. Sementara bila dibandingkan realisasi impor pada periode yang sama tahun lalu meningkat sebesar 1,16 persen.
Kepala BPS, Suhariyanto menuturkan, penurunan impor pada Desember 2018 karena terjadinya penurunan pada impor migas dan nonmigas. Sektor impor migas turun sebesar 31,45 persen, sedangkan impor nommigas turun sebesar 5,14 persen.
"Yang menyebabkan penurunan impor ini adalah migas yang turun tajam, sementara non migas turun tetapi lebih sedikit," kata dia di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Suhariyanto mengatakan, penurunan impor migas dipicu oleh turunnya nilai impor seluruh komponen migas, yaitu minyak mentah mencapai sebesar USD 386,5 juta (45,07 persen), hasil minyak USD 454 juta (26,23 persen) dan gas USD 61 juta (21,90 persen).
Sementara penurunan impor nonmigas terbesar dialami golongan bahan kimia organik sebesar USS 174,4 juta atau 27,07 persen.
Kemudian diikuti oleh golongan plastik dan barang dari plastik sebesar USD 134,5 juta atau setara 15,44 persen, kendaraan dan bagiannya sebesar USD 111,3 juta atau 16,47 persen.
Dia menambahkan, pada komoditas nonmigas yang mengalami peningkatan impor terbesar yakni, buah-buahan sebesar USD 69,8 juta, lalu besi dan baja USD 52,9 juta, pupuk USD 47,9 juta, senjata atau amunisi USD 41,7 juta, dan kapal terbang dan bagiannya USD 39,3 juta.
"Seperti diketahui pada saat Natal dan Tahun Baru konsumsi buah-buahan tinggi untuk parcel dan lain lain, itu terjadi pada Apel dan Anggur," kata dia.
Adapun secara akumulatif dari Januari hingga Desember 2018 nilai impor mencapai USD 188.625,6 juta. Angka ini meningkat cukup tajam sebesar 20,15 persen apabila dibandingkan dengan periode sama pada 2017.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement