Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan di Indonesia pada September 2018 mencapai 25,26 juta orang atau sebesar 9,66 persen. Angka ini menurun sebesar 0,28 juta orang dibandingkan Maret 2018.
"Presentase penduduk miskin pada September 2018 sebesar 9,66 persen menurun 0,16 persen poin dibandingkan Maret 2018," kata Kepala BPS Suhariyanto, di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Presentase penduduk miskin pada periode Maret hingga September 2018 di daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 13,1 ribu orang. Sedangkan penduduk miskin di perdesaan tercatat turun sebesar 261,1 ribu orang.
Baca Juga
Advertisement
"Presentase kemiskinan di perkotaan turun dari 7,02 persen menjadi 6,89 persen. Sementara di perdesaan turun dari 13,20 persen menjadi 13,10 persen," katanya.
Sementara itu, apabila melihat presentase dari jumlah penduduk miskin berdasarkan kepulauan pada September 2018, terlihat bahwa penduduk miskin terbesar berada di wilayah Pulau Maluku dan Papua yaitu sebesar 20,94 persen. Sedangkan presentase penduduk terendah berada di Pulau Kalimantan, yaitu 5,98 persen.
"Dari sisi jumlah, sebagian besar penduduk miskin masih berada di Pulau Jawa sebanyak 13,19 juta orang sedangkan jumlah pennduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan 0,97 juta orang," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Beras dan Rokok
Adapun garis kemiskinan pada September 2018 tercatat sebesar Rp 410.670 per kapita atau per bulan dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp 302.022 (73,54 persen) dari garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 108.648 (26,46 persen).
"Beras masih memberi sumbangan sebesar 19,54 persen di perkotaan dan 25,51 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap garis kemiskinan 10,39 persen di perkotaan dan 10,06 persen di perdesaan," sebutnya.
Sedangkan, komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan garis kemiskinan terbesar di perkotaan dan perdesaan adalah masih dipicu oleh sektor perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement