Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) telah memiliki 51 persen saham PT Freeport Indonesia. Saat ini, Inalum akan menjalankan program jangka panjang untuk mengembangkan Freeport Indonesia.
Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin mengatakan, strategi induk usaha (holding) BUMN pertambangan pasca divestasi adalah menjalankan rencana jangka panjang yang telah disusun dalam Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).
"Pasca divestasi kita punya strategi pertama menjalankan rencana jangka panjang," kata Budi, saat menghadiri rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Baca Juga
Advertisement
Tujuan utama dari rencana jangka panjang adalah mendukung kegiatan operasi pertambangan. Dengan mengembangkan kegiatan operasi ditargetkan bisa memperoleh keuntungan sehingga bisa digunakan untuk membayar cicilan Global Bond.
Untuk diketahui, Inalum menerbitkan Global Bond yang digunakan untuk mengakuisi saham Freeport Indonesia sebesar 41,64 persen senilai USD senilai USD 3,85 miliar.
"Ini kritikal karena mempengaruhi pembayaran cicilan," tuturnya.
Program berikutnya adalah mengembangkan sumber daya manusia Indonesia dengan melakukan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mewujudkanya telah ditandatangani perjanjian kerjasama dengan Unversitas Cendrawasi Papua.
"Tambang bawah tanah ini tidak hanya membawa dampak ekonomi tetapi juga pengembangan SDM. Kami sudah menandatangani kerjasama dengan Univeritas Cendrwasih untuk membuka jurusan pertambangan menjadikan lokasi tamban sebagai laboratorium," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Produksi Freeport Turun, Pemerintah Pastikan Inalum Mampu Cicil Utang
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), tetap bisa membayar utang meski produksi dan pendapatan PT Freeport Indonesia turun.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Bambang Gatot mengatakan, sebagai induk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertambangan, Inalum mampu mengatasi kondisi keuangan yang sulit.
BACA JUGA
"Inalum kan perusahaan holding mestinya dia pintar menghitungnya," kata Bambang, di Kantor Direktorat Jenderal Mineba, Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (9/1/2019).
Menurut Bambang, penurunan produksi yang berdampak pada penurunan pendapatan [Freeport Indonesia]( 3857296 "") sudah masuk rencana. Inalum sudah memiliki siasat untuk mengatasinya.
"Mestinya sudah direncanakan bagaimana mencicilnya, meski sudah direncanakan semua," jelas dia.
Dia mengungkapkan, pendapatan Freeport Indonesia tahun ini akan menurun, akibat produksi tembaga di tambang terbuka Grasberg susut karena kandungan mineral yang sudah habis.
"Saya nggak mau menyebutkan angka yang jelas itu turun dari 2018. Jadi EBIDA dan revenuenya turun," ujar Bambang.
Dia mengungkapkan, penurunan produksi tidak disebabkan penghentian kegiatan pertambangan, tetapi peralihan penambangan ke tambang bawah tanah. Saat ini kegiatan penambangan bawah tanah sudah dimulai namun belum optimal.
"Nggak berhenti operasi tapi continues. Yang sekarang bawah tanah sudah beroperasi karena cadangan dibawah tanah kelanjutan mineraisasi yang di atas tadi," tandasnya.
Advertisement